K-pop adalah Proses, maka Ikutilah!

0
Share

Dinamit bernama PSY

Namun, apa yang ironis dari meledaknya arus K-pop di dunia internasional adalah kenyataan bahwa ledakan itu justru bukan diawali oleh kelompok idola berstatus A1. Ledakan K-pop, di dunia internasional yang berbahasa Inggris saaat itu justru dipantik lelaki 30-an tahun berpipi tembam yang mengenakan jas tuksedo biru pucat sambil berjingkrak-jingkrak menunggang kuda tak kasat mata. Dialah PSY—nama lahirnya adalah Park Jae-sang—yang mengguncang dunia dengan joget kuda Gangnam Style-nya.

Gangnam Style
Psy tampil di dalam sebuah acara di Seoul, Korea Selatan. (sumber: Han Myung-Gu/WireImage)

Kemunculan PSY yang “menginfeksi” telinga dan tingkah penggemar musik dengan demam K-pop hingga skala internasional sebenarnya membuat kening para tokoh K-pop yang lebih senior berkerut sambil sedikit terkejut dalam hati. Maklum saja, PSY adalah kutub kebalikan dari segala yang para senior itu junjung sebagai K-pop. Lewat Gangnam Style, PSY dengan sukacita dan jejingkrakan seolah menunggang kuda, mengejek habis-habisan konsumerisme dan betapa orang-orang di Korsel selalu ingin diasosiasikan dengan distrik paling gemerlap di Seoul ini.

Latar belakang PSY pun bukan dari kalangan sembarangan. Ayahnya adalah pebisnis dan memiliki perusahaan yang bergerak di bidang teknologi elektronik, DI Corporation. Sedangkan ibunya adalah pemilik beberapa restoran. Keluarga PSY yang makmur tinggal di wilayah Gangnam. Sewaktu muda, PSY sendiri sempat belajar ke A.S. dari 1996 hingga 1999. Awalnya, ia diarahkan untuk belajar administrasi bisnis di Boston University hingga akhirnya mengikuti minatnya pada dunia musik dan pindah ke Berklee College of Music yang juga ada di Boston.

Kesuksesan PSY sebagai dinamit yang meledakkan budaya K-pop pun tak datang dalam sekejap. Sejak pulang ke negaranya pada 2000, PSY melanjutkan hidup dengan mengejar karir di dunia musik. Lagu “Gangnam Style” sendiri merupakan single dalam album keenamnya, Psy 6 (Six Rules), Part 1. Album itu sendiri diluncurkan pada Juli 2012 dan entah bagaimana pada Agustus 2012, Gangnam Style memuncaki daftar video musik paling banyak ditonton baik di YouTube maupun iTunes. Bahkan, selebriti kenamaan internasional seperti Katy Perry, Britney Spears, dan Tom Cruise membagikan lagu itu di akun Twitter mereka.

Dalam sebuah wawancara dengan Soompi di Paris, kepada PSY dilemparkan sebuah pertanyaan, yang bunyinya kurang lebih begini, “Apakah dengan keberhasilan PSY menembus pasar pendengar musik di Amerika dan Eropa akan terbuka jalan sukses yang lebih mudah bagi grup K-pop lainnya?” PSY menjawab pertanyaan ini dengan berlapis-lapis. Lapis pertama, ia bercerita betapa berbedanya dirinya dengan jajaran artis K-pop yang “mengetuk” telinga pasar Amerika dan Eropa.

“Mereka semuanya langsing, berbeda dengan saya. Tapi, saya nyaman dengan kondisi fisik seperti ini,” begitulah jawaban PSY.

Lapis lain yang lebih dalam diungkapkan PSY. Ia merasa bahwa ada kecenderungan dari para musisi Korsel yang ingin bertingkah seolah layaknya orang Amerika dan Eropa. Ia ingin menampilkan sisi yang berbeda. Maka, PSY tetap menyanyi menggunakan bahasa Korea, dan bertingkah laku tetap sebagai orang Korsel, meskipun dia sempat tinggal di A.S. selama empat tahun.

Di mata PSY, kesuksesan “Gangnam Style” adalah sebuah fenomena. Artinya, ledakan “Gangnam Style” bertumpu bukan pada dirinya, tapi pada orang banyak. Orang banyaklah yang membuat nama PSY besar. PSY sendiri, mungkin saatnya akan tiba saat dirinya sendiri berhasil membuat karyanya besar. Saat itulah, rasanya ia akan mencoba membagikan rahasia kesuksesannya menembus pasar Amerika dan Eropa.

When Psy rode his invisible horse to the top of the charts with ‘Gangnam Style’ in 2012, K-pop elders were shocked.

TIME Magazine Collector’s Edition
Pages: 1 2 3 4 5 6