Indonesia, Aku Padamu! – Rekomendasi Buku Keindonesiaan

Apa yang terlintas di benak Bibliobesties saat membaca “Indonesia”? Beberapa coba Perimin sebut, yak: netijen julid, negeri +62, korupsi, Citayam Fashion Week, perseteruan dukun lawan pesulap, healing ke Bali, rendang kuliner terbaik, ramah-tamah, dan banyak hal lain lagi yang baik maupun yang kurang baik. Namun, bagaimana pun wajah Indonesia, sejauh wajah kita terpampang di paspor warna hijau bertuliskan “Indonesia” dan Kartu Tanda Penduduk wajah kitalah yang menjadi wajah Indonesia. Indonesia adalah kita, sebab mungkin bukan cinta yang mempersatukan kita tapi Indonesia. Ups…

Setelah menengok negeri ini dari sisi yang sedikit receh, Perimin hendak mengajak Bibliobesties ke sisi yang lebih serius. Indonesia, dalam pandangan seorang Indonesianis, alm. Benedict Anderson adalah sebuah bangsa yang terbentuk sebagai “komunitas terbayang” (imagined community). Secara ringkas, gagasan Om Ben—sapaan akrab Benedict Anderson—kurang lebih begini, gagasan nasionalisme yang terjadi di Indonesia dibentuk di antara individu-individu yang menganggap dirinya sebagai bagian dari satu komunitas yang disebutnya sebagai bangsa (nation).

Masih bingung? Tidak mengapa, kebingungan adalah gerbang pertama pengetahuan, kok! Coba deh, Bibliobesties perhatikan kalau sedang melihat atlet-atlet Indonesia berlaga di ajang olah raga internasional, apa yang Bibliobesties rasakan? Bibliobesties akan merasa bahagia saat Jonathan Christie atau Greysia Polii/Apriyani Rahayu memenangi partai final bulu tangkis di ajang internasional. Bibliobesties pasti juga deg-degan saat Timnas Sepak bola Putra U16 menjalani adu penalti di partai Semifinal Piala AFF U16 menghadapi Myanmar tempo hari. Perasaan bahagia dan deg-degan itu muncul karena kita merasa sebangsa dengan Jonathan Christie, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, dan adik-adik Timnas Sepak bola Putra U-16. Padahal, tentu saja barangkali, kita tidak mengenal mereka. Nah, inilah yang dimaksud “komunitas terbayang” oleh Om Ben.

Nah, kali ini Perimin mencoba memilah dan memilih sembilan buku keindonesiaan untuk Bibliobesties semua. Di dalam daftar pendek ini, Perimin menawarkan bermacam jenis buku tentang Indonesia. Memang betul tidak semua buku yang diangkat membahas langsung tentang Indonesia. Ada buku-buku yang mengulas bagian-bagian dari Indonesia, misalnya tentang Bali atau Kalimantan. Namun, setidak-tidaknya Perimin ingin mengingatkan keragaman budaya bangsa kita.

1. 25 Tropical Houses in Indonesia

Indonesia adalah satu negara tropis yang terentang sedemikian luas di muka bumi. Dari sisi arsitektur, bangunan di Indonesia memiliki kekhasan sendiri karena merupakan perpaduan dari aspek iklim, tradisi dan budaya, dan pengaruh modernisasi. Buku ini mengeksplorasi 25 rumah karya arsitek ternama di Indonesia yang merupakan solusi inovatif dalam bidang arsetektur.

2. A Brief History of Indonesia

Tim Hannigan—seorang bule yang pernah melintasi Pulau Jawa dengan sebuah motor bebek—membawakan kisah sejarah tentang Indonesia hampir seperti sebuah dongeng. Betapa tidak, Indonesia adalah tanah yang diimpikan para pelaut besar dunia seperti Columbus dan Magellan. Kepulauan Indonesia sendiri sempat menjadi rebutan orang-orang Eropa dari abad ke-15 hingga ke-17. Jika hendak membaca aspek petualangan dalam perjalanan sejarah Indonesia, buku ini sangat tepat!

3. A Visual Celebration of Borneo’s Wildlife

Kalimantan, pulau tropis terbesar di dunia ini, adalah tanah yang kaya. Melalui buku ini, Bjorn Olesen dan Fanny Lai mencoba membawa magis Borneo ke hadapan kita. Dilengkapi dengan 350 foto yang diambil fotografer alam liar kenamaan, A Visual Celebration of Borneo’s Wildlife layaknya sebuah penghargaan secara visual untuk keanekaragaman hayati yang ada di Kalimantan.

4. Borobudur Temple, Indonesia Jigsaw Puzzle

Borobudur selalu membawa magis-nya tersendiri. Kuil terbesar kaum Buddhis yang terletak di salah satu wilayah Kabupaten Magelang di Jawa Tengah ini pada mulanya adalah “monumen” untuk menyulut kesadaran akan Buddhisme. Borobudur, di sini, dikemas sebagai karya visual dalam bentuk puzzle. Produk ini terdiri dari 1000 keping puzzle dengan ukuran final 74 cm x 51 cm dengan gambar fotografi yang cantik.

5. End of Sukarno

End of Sukarno ditulis oleh John Hughes. Ia adalah salah seorang koresponden dari Amerika Serikat yang menjadi saksi mata selama beberapa bulan setelah kejadian G30S terjadi. Pada 1 Oktober 1965, enam perwira tinggi TNI AD di Indonesia dibunuh. Hughes lalu mencatat apa yang terjadi setelahnya: hari-hari terakhir bagi Sukarno, Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia.

6. Faces of Indonesia: 500 Postcards 1900—1945

Foto-foto yang digunakan dalam kartu pos adalah dokumentasi perubahan suatu kota atau malah sebuah bangsa. Gagasan tentang kartu pos sebagai dokumentasi sebuah bangsa inilah yang coba ditawarkan oleh Scott Merrillees dalam Faces of Indonesia. Pembabakan yang rapi dan nilai historis yang dibawa buku ini membuatnya layak bertengger di rak buku di ruang baca.

7. People from Bloomington

People from Bloomington adalah kumpulan tujuh cerita pendek dari salah satu maestro penceritaan di negeri ini, alm. Budi Darma. Budi Darma yang biasanya menyematkan nuansa abstrak dan magis pada kisah-kisahnya, pada buku ini justru mengeksplorasi sisi realisnya. Di dalam kumpulan cerpen ini, Budi Darma mengeksplorasi persoalan kemanusiaan, khususnya hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya yang tidak jarang berakar pada keterasingan.

8. Vengeance is Mine, All Others Pay Cash

Vengeance is Mine, All Others Pay Cash berkisah tentang percintaan antara Ajo Kawir dan Iteung. Ajo Kawir, lelaki muda, bertemu dengan Iteng, perempuan muda. Mereka sama-sama jago berkelahi. Mereka jatuh cinta dan menikah. Akan tetapi, ada satu kelemahan Ajo Kawir yang absurd: ia tak bisa ereksi. Karya ini mencoba mendekonstruksi segala hal yang terkait dengan gagasan tentang kejantanan dan budaya kekerasan.

9. Jokowi and the New Indonesia: A Political Biography

Biografi-politis Presiden Joko Widodo—lebih sering disebut sebagai Jokowi—ini merupakan kisah bagaimana seorang anak lelaki yang dibesarkan di tepi kali bisa menjadi Presiden Ketujuh. Kepada kita akan dibeberkan segala aspek latar belakang dan nuansa pribadi Jokowi. Ditulis oleh “orang dalam,” buku ini menyediakan akses langsung untuk memahami siapa Jokowi.

***

Nah, demikianlah rekomendasi sembilan buku keindonesiaan dari Perimin. Semoga, rekomendasi buku-buku dari Perimin ini bisa membantu Bibliobesties semua semakin mencintai tanah air kita. Memang, banyak hal yang perlu dikembangkan di negeri kita tercinta dan itu perlu pengorbanan. Sebab, seperti penggalan sajak W.S. Rendra, “cinta dan korban tak bisa dibagi.”

 Salam!