The Captain Class

0
Share

Sosok kapten unggul

SaSam sangat menonjolkan nilai utama seorang KAPTEN unggulan—mungkin, inilah yang menjadi keunggulan sekaligus kelemahan The Captain Class. Hal ini membuatnya seolah-olah mengesampingkan beberapa hal yang (mungkin) menurutnya sekunder. Tiga nilai utama kepemimpinan ideal yang dipegang Sam adalah mementingkan tim, mampu mengelola emosi atau tindakan, dan pekerja keras. Sam menjabarkan detil pemengaruh lainnya pada buku kepemimpinan a la lapangan ini.

Sikap-sikap tersebut disaring dan dijabarkan secara gamblang melalui kisah dari kapten tim-tim juara yang disebut Sam dalam buku ini. Secara menarik, kisah-kisah mereka dibuat dengan sangat emosional, sehingga kita seperti menonton siaran biografi dari teve. Ia mengutip perkataan Sir Alex Ferguson, pelatih kenamaan Manchester United, “But I only ever wanted a leader, rather than someone who might look good on top of a cake.” (137) Seorang kapten bukan hanya lilin yang meleleh di atas kue, lebih dari itu, ia menjadi wadah, pisau, dan tentu saja menjadi kue itu sendiri.

Apa yang disajikan Sam sungguh menarik, terutama mereka yang menyukai olahraga. Buku ini benar-benar menggambarkan kompetensi ulung penulis sebagai wartawan olahraga berpengalaman. Alih-alih menulisnya sebatas laporan olahraga lintas benua, Sam berhasil menyusun buku kepemimpinan dan motivasi bagi pembaca. Bahasa yang sangat “olahraga” menjadi teknik jitu karena lebih cair dan mudah dipahami. Sam sangat tahu siapa yang ia tulis dan sangat mengenal siapa pembaca yang ia sasar.

Kacamata wasit

Dari uraian mengenai buku ini tadi, beberapa hal mungkin bisa menjadi sorotan dan juga pertimbangan, baik untuk pembaca budiman atau Sam sendiri. Ilmu kepemimpinan adalah hal umum dan menjadi konsumsi di setiap lini kehidupan. Maka, tidak ada salahnya untuk menilai buku ini dari kacamata wasit. Secara sederhana, mari melihat dari sudut pandang untuk menilai mana yang perlu ditiupi peluit atau tidak.

Peluit pertama adalah tentang kemampuan pemimpin dalam mengolah waktu. Bukan hanya soal waktu kapan ia bekerja sebagai tim, tetapi kapan ia menjadi dirinya sendiri, keluarga, dan bagian dari dunial di luar tim. Pemimpin sebuah pasukan militer atau perusahaan bukan hanya memimpin anak buahnya tidak dibatasi oleh waktu. Mereka sangat mungkin hampir setiap waktu harus memimpin dan mengelola anak buah untuk mencapai tujuan. Maka, yang perlu disorot oleh Sam adalah bagaimana manajemen waktu seorang kapten itu sendiri.

Peluit di atas ditujukan untuk menggarisbawahi lagi tentang efektifitas menurut Richard Hackman. Pemimpin tidak hanya membutuhkan pengorbanan diri dan hanya mementingkan tim atau bawahannya saja. Sebaliknya, mengatur waktu juga perlu dilakukan olehnya agar efektivitas terjamin dan kualitas terjaga.

Pemimpin tidak hanya membutuhkan pengorbanan diri dan hanya mementingkan tim atau bawahannya saja.

Kedua, kriteria yang menjadi saringan cukup baik, tetapi bidang olahraga yang diambil terlalu luas. Sehingga, sangat mungkin pembaca banyak yang tidak mengenal 16 tim yang disebut freak tersebut, walau menekuni bidang yang sama dengan salah satu tim tersebut. Pembaca mungkin hanya bisa mengangguk kepala dan menerima saja karena data yang ada mungkin jauh dari bayangan mereka. Sebaliknya, bisa jadi juga inilah keunggulan Sam, yakni mengenalkan jenama tim underdog kepada khalayak global.

Ketiga, sosok kapten dalam The Captain Class agak menafikan peranan anggota tim lain. Sebuah tim tidak ada bedanya dengan sebuah sistem yang setiap bagiannya memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Sosok kapten yang dibawa Walter kebanyakan membantu tim bertahan dan mengorbankan diri untuk membantu rekan setim dalam bertahan. Hal yang patut dicatat, kapten menjadi penyokong bagi rekan yang lain. Pertahanan kuat yang digalang pemain bertahan—sekaligus kapten tim—seperti Puyol memang penting untuk memenangkan kompetisi. Namun, hal ini tidak mungkin membuat Barcelona mengabaikan peran para pemain seperti Iniesta, Xavi, dan Messi. Semua anggota tim adalah bagian dari sistem. Peran seorang kapten adalah sebagai perekat, pemimpin, dan penyemangat.

In fact, superior leadership is just a likely (if not more so) to come from the team’s rear quarters than to emanate from its frontline superstar. Carrying water, especially on defense, is clearly vital to a team’s success, even if it’s not something that inspires people to compose epic poems or chisel their names in stone. (136)

Pages: 1 2 3