10 Novel yang Mengungkap Ketertindasan Perempuan

0
Share
Mengungkap Ketertindasan! 10 Novel tentang Perjuangan Perempuan

Dalam dunia yang seringkali membungkam suara perempuan, sastra menjadi ruang aman yang berani untuk mengungkap ketertindasan perempuan. Melalui cerita yang liris, novel-novel berikut menghadirkan pengalaman perempuan yang hidup dalam bayang-bayang patriarki, penindasan budaya, dan kekerasan yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Dari ruang penjara yang sunyi di Mesir, komunitas religius yang terisolasi di Bolivia, hingga masa kelam di Republik Dominika, cerita-cerita ini akan memberikan gambaran mendalam tentang perlawanan, ketahanan, dan pencarian makna hidup yang mereka perjuangkan dengan sepenuh hati. Di sini, kita akan bertemu dengan sosok-sosok perempuan yang tak hanya berani menghadapi, tetapi juga mempertanyakan batas-batas yang dipaksakan pada mereka oleh masyarakat.

Berikut Sepuluh Novel yang Mengungkap Ketertindasan Perempuan.

1. Woman at Point Zero

Keywords: Feminist Literature, Contemporary Fiction, Social Justice, Feminism. Patriarchy, Oppression, Women’s Voices

Nawal El Saadawi mengangkat kisah seorang perempuan bernama Firdaus, yang ditahan di Penjara Qanatir di Mesir. Firdaus adalah perempuan yang nasibnya terombang ambing dari satu lelaki ke lelaki lainnya. Firdaus pertama kali mengalami kekerasan dari ayahnya. Hal ini membuat ia harus tinggal bersama paman yang melakukan kekerasan seksual kepadanya. Firdaus juga terjebak dalam pernikahan yang menyengsarakan. Kisah hidup Firdaus bergulir hingga akhirnya ia membunuh seorang pria yang ingin memanfaatkannya. Kisah Firdaus yang dihukum mati adalah sebuah ironi, karena justru pada hukuman matilah Firdaus menemukan pembebasan dari budaya patriarki yang membelenggunya.

2. The Bell Jar 

Keywords: Psychology Fiction, Women’s Fiction, Mental Health, Depression, Feminism, Identity Crisis, Women’s Independence

The Bell Jar bercerita tentang Esther Greenwood, seorang mahasiswa dari Boston yang memenangkan kesempatan menjadi editor tamu di sebuah majalah nasional. Hal ini membuka kesempatan bagi Esther Greenwood menuju dunia baru yang penuh peluang di New York. Kehidupannya di kota besar penuh dengan kemungkinan, tetapi pilihan masa depan yang terlalu banyak justru membuatnya merasa kewalahan. Esther dihadapkan pada berbagai dilema tentang moralitas, perilaku, dan identitas diri. Melalui kisah singkat namun intens ini, Sylvia Plath menggambarkan pergulatan emosional seorang wanita muda.

​3. Women Talking

Keywords: Contemporary Literature, Women’s Literature, Feminism, Women’s Right, Patriarchy

Women Talking karya Miriam Toews adalah sebuah novel yang terinspirasi dari peristiwa nyata yang terjadi di komunitas religius kecil di Bolivia. Kisahnya mengikuti sekelompok perempuan yang berkumpul secara diam-diam untuk membahas kekerasan seksual sistematis yang dialami mereka oleh para pria di komunitas mereka. Dalam diskusi yang penuh emosi dan keberanian ini, para perempuan tersebut mencoba menentukan langkah terbaik yang harus mereka ambil, antara tetap tinggal, melawan, atau meninggalkan komunitas demi keselamatan mereka. Novel ini mengeksplorasi isu kebebasan, solidaritas, dan kekuatan perempuan dalam menghadapi trauma dan penindasan. Dengan gaya penulisan yang tajam dan penuh rasa empati, Women Talking mengangkat suara mereka yang sering terpinggirkan dan membuka mata pembaca tentang kompleksitas serta keberanian di balik setiap keputusan yang diambil.

4. Pachinko

Keywords: Historical Fiction, Family Saga, Cultural Heritage, Struggle, Korea, Japan, Discrimination

Pada awal tahun 1900-an, seorang gadis remaja bernama Sunja, yang disayangi oleh ayahnya yang seorang nelayan cacat, jatuh cinta pada seorang pria kaya. Setelah mengetahui bahwa dirinya hamil dan kekasihnya telah menikah, ia setuju untuk menikahi seorang pendeta yang baik hati dan sakit-sakitan yang sedang bepergian ke Jepang. Pilihannya untuk meninggalkan tanah airnya dan ayah putranya yang berpengaruh memicu kisah yang kuat dan abadi yang bergema lintas generasi.Sangat menyentuh, Pachinko adalah kisah yang kaya akan tema cinta, pengorbanan, ambisi, dan kesetiaan.

5. The Vegetarian

Keywords: Contemporary Fiction, body autonomy, existential themes, Psychological Exploration, Identity, Family Dynamics, Korean Culture, Vegetarianism, Social Conflict

The Vegetarian adalah kisah tentang seorang wanita Korea bernama Yeong-hye yang tiba-tiba memutuskan untuk berhenti makan daging setelah mengalami mimpi mengerikan. Keputusannya yang tampak sederhana ini perlahan mengungkapkan lapisan-lapisan trauma, penindasan, dan penderitaan dalam hidupnya, serta mengekspos ketegangan dalam keluarganya. Novel ini secara halus mengeksplorasi tema identitas, kontrol tubuh, dan perlawanan terhadap kekerasan patriarki. Dalam narasi yang terbagi dalam tiga bagian, masing-masing dari perspektif orang-orang di sekitar Yeong-hye, kita melihat betapa rapuhnya batas-batas antara kewarasan dan kegilaan, antara tubuh dan pikiran. Melalui prosa puitis dan simbolisme yang kuat, Han Kang menciptakan kisah yang memikat sekaligus mengguncang tentang bagaimana tekanan sosial dapat menghancurkan jiwa individu. Novel ini cocok untuk pembaca yang menyukai tema psikologis yang gelap dan simbolis, serta kritik sosial tentang kontrol dan kebebasan pribadi.

6. Demon Copperhead

Keywords: Contemporary Fiction, Social Issues, Appalachia, Poverty, Addiction, Trauma, Resilience

Demon Copperhead karya Barbara Kingsolver adalah kisah pedih tentang perjalanan seorang anak laki-laki yatim piatu bernama Damon Fields, yang sering dipanggil “Demon,” yang tumbuh di Appalachia, Amerika Serikat. Terinspirasi dari karya klasik David Copperfield karya Charles Dickens, novel ini menggambarkan realitas hidup dalam kemiskinan, kecanduan, dan ketidakberdayaan, di tengah lingkungan yang penuh kekerasan dan kehilangan. Kingsolver dengan penuh empati menggali kepribadian Demon yang pemberani namun rentan, serta kekuatan tekadnya untuk bertahan hidup meskipun segala keterbatasan. Novel ini tidak hanya menjadi perjalanan pribadi Demon, tetapi juga potret kelam kehidupan masyarakat yang terpinggirkan, menghadirkan kisah yang menyentuh tentang harapan, keberanian, dan ketahanan di tengah keputusasaan.

7. The Color Purple

Keywords: Historical Fiction, American Literature, Feminism, Women Empowerment, Racism and Social Justice

Berlatar di wilayah pedesaan Amerika pada awal abad ke-20, cerita ini mengikuti perjalanan hidup Celie, seorang perempuan kulit hitam yang menghadapi kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Melalui surat-surat yang ditulisnya kepada Tuhan dan saudara perempuannya yang hilang, Celie menemukan kekuatan dalam dirinya untuk melawan ketidakadilan dan menemukan kembali harga dirinya. Dengan karakter-karakter yang mendalam dan tema yang menyentuh tentang cinta, persaudaraan, dan pengampunan, buku ini berhasil menyampaikan pesan tentang keberanian serta ketangguhan jiwa manusia dalam menghadapi penderitaan.

8. Girl, Woman, Other: A Novel

Keywords: Contemporary Fiction, Literary Fiction, Women’s Fiction, Female Identity, 

“Girl, Woman, Other” karya Bernardine Evaristo adalah novel yang memotret kehidupan dua belas karakter wanita dari berbagai latar belakang di Inggris. Melalui kisah-kisah mereka yang saling bersinggungan, Evaristo menggambarkan perjuangan, harapan, cinta, dan identitas mereka dalam menghadapi tantangan sosial dan budaya yang sering dihadapi oleh kaum minoritas. Buku ini menawarkan perspektif mendalam tentang pengalaman perempuan kulit hitam, imigran, dan LGBTQ di Inggris, membongkar stereotip dan mengangkat keanekaragaman suara yang jarang terdengar. Ditulis dengan gaya yang penuh warna dan inovatif, novel ini menjadi karya sastra yang menginspirasi tentang keberanian dalam merangkul identitas dan sejarah diri sendiri.

​9. In the Time of the Butterflies

Keywords: Historical Fiction, Women’s Literature, Mirabal Sisters, Women’s Literature

In the Time of the Butterflies karya Julia Alvarez adalah novel sejarah yang menggambarkan kehidupan empat saudara perempuan Mirabal—Patria, Dedé, Minerva, dan María Teresa—yang menjadi simbol perlawanan terhadap kediktatoran Rafael Trujillo di Republik Dominika. Dengan latar waktu pada tahun 1950-an, buku ini mengeksplorasi perjalanan emosional dan perjuangan fisik para perempuan ini dalam menghadapi kekuasaan tirani. Masing-masing dari mereka memiliki karakter dan motivasi yang unik, namun bersatu dalam tujuan bersama untuk membebaskan bangsa dari penindasan. Melalui gaya penceritaan yang intim dan reflektif, Alvarez memberikan suara kepada para pahlawan yang sebelumnya terlupakan, menghadirkan narasi tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta yang mendalam terhadap tanah air. Buku ini bukan hanya mengungkap sisi kelam dari sejarah, tetapi juga menjadi penghormatan bagi mereka yang berani melawan ketidakadilan.

10. Circe

Keywords: Historical Fiction, Mythology, Feminist Literature, Greek Mythology, Women Empowerment, Feminism

Novel ini mengisahkan kembali mitologi Yunani dari sudut pandang Circe, seorang dewi yang terkenal dengan kekuatan sihirnya. Dalam cerita ini, Circe, putri Titan Helios, menemukan bahwa ia memiliki kemampuan magis yang dapat menyaingi para dewa, namun hal itu juga membuatnya terasing dari kedua dunia—dunia para dewa dan manusia. Dibuang ke sebuah pulau terpencil, Circe menggunakan kekuatannya untuk menguasai sihir, menghadapi monster, dan mempertahankan dirinya dari ancaman para dewa maupun manusia. Novel ini menyajikan kisah yang mendalam tentang kekuatan, identitas, dan ketahanan seorang wanita yang menentang takdirnya sendiri.

***

Demikianlah rekomendasi sepuluh Novel yang Mengungkap ketertindasan Perempuan.  Semoga rekomendasi ini tidak hanya menambah daftar bacaan saja, tetapi juga menginspirasi untuk turut menghargai dan mendukung perjuangan para perempuan di seluruh dunia. Sebab, menyelami kisah-kisah ini dapat menjadikan inspirasi untuk membangun dunia yang lebih setara dan penuh empati.

Jika Bibliobesties hendak membaca Rekomendasyik lainnya, temukan di sini!