Judul: How to Live a Good Life: A Guide to Choosing Your Personal Philosophy
Penulis: Massimo Pigliucci, Sky C. Clearly, Daniel A. Kaufman (eds.)
ISBN: 9780525566144
Tahun : 2020
Halaman : 320 hlm.
Tanpa memerhatikan latar belakang—entah etnis, agama, suku, budaya, atau jender—kita akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab. Mengapa kita hidup di dunia? Mau jadi apa kita hidup di dunia? Bagaimana seharusnya menjalani hidup? Apa yang terjadi ketika kita meninggalkan dunia? Namun demikian, buku ini menukik pada satu pertanyaan yang lebih dalam. “Pertanyaan sesungguhnya, dengan demikian, bukanlah soal apakah kita memiliki filosofi hidup, namun apakah filosofi itu ditelaah dengan cermat. Artinya, apakah filosofi kehidupan itu bersifat baik atau malah buruk.” (h. vii)
Pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang hendak diperdalam melalui How to Live a Good Life (2020). Anda juga tak perlu khawatir “tersesat” dalam mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan itu. Sebab, ada 15 ahli di bidang filsafat yang hendak mengantar Anda sampai pada gagasan apa itu hidup yang baik.
Pegangan dan pijakan
Dalam kehidupan, orang memerlukan pegangan atau pijakan. Nah, ada beragam pegangan dan pijakan dalam kehidupan. Umumnya, norma kesantunan, tata krama, etiket, kesepakatan, aturan, hukum, dan agama bisa dijadikan pegangan dan pijakan untuk menjalani hidup.
Namun demikian, ada pula orang yang merasakan bahwa perangkat norma yang telah disebutkan di atas belum mencukupi. Orang masih membutuhkan pegangan dan pijakan lain, yakni saat mereka ingin menjadi diri sendiri dan merengkuh makna dari apa yang dihadapi di dunia ini. Rasanya, gagasan untuk mempelajari filsafat tidaklah buruk.
Menurut KBBI, filsafat adalah “pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya”. Singkatnya, ilmu filsafat mengajak kita untuk mengenali dan mendalami kebijaksanaan yang sudah ada sejak ribuan tahun sampai zaman modern. Selain itu, filsafat mengajak kita menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam hidup harian kita.
Buku keroyokan
Percayalah bahwa How to Live a Good Life menyediakan peta jalan ke alam pemikiran filsafat. Di dalamnya, terdapat 15 tulisan dari para ahli filsafat. Merekalah yang akan mengajak Anda menyelisik ke dalam gagasan-gagasan filsafat yang teruntai sepanjang sejarah peradaban manusia.
Para editor buku ini sendiri telah mencoba membuat pengelompokan terhadap kelima belas tulisan tersebut berdasar kedekatan tema. Keempat kelompok tema tersebut adalah Filsafat Timur Kuno, Filsafat Barat Kuno, Tradisi-tradisi Religius, dan Filsafat-filsafat Modern. Kelompok pertama menyajikan gagasan-gagasan filosofis yang diusung oleh Buddhisme, Konfusianisme, dan Daoisme. Kelompok kedua menyajikan gagasan-gagasan Aristotelian, Stoikisme, dan Epirurianisme. Sementara itu, Anda akan diajak mengenal gagasan-gagasan Hinduisme, Yudaisme, Kristianitas, Islam Progresif, dan Kebudayaan Etis. Dan, pada bagian terakhir, Anda diajak masuk ke alam pemikiran modern yang diwakili oleh Eksistensialisme, Pragmatisme, Altruisme, dan Humanisme Sekular.
Rangkaian lima belas tulisan dari lima belas ahli filsafat ini oleh para editor masih bisa dikembangkan. Masih ada isme-isme lain yang bisa ditambahkan. Mungkin saja, isme-isme yang belum dimasukkan ke dalam buku ini dapat dikumpulkan menjadi edisi yang baru. Namun, ada satu hal yang pasti: “ada banyak cara yang bisa dilakukan seseorang dalam menjalani kehidupan secara filosofis, dan ada baiknya merenung atas perbedaan dan persamaannya.” (h. ix)
Untuk apa kita punya para filsuf, jika bukan untuk membuat perkara-perkara supranatural menjadi sepele dan umum sifatnya?
Johannes Climacus, Philosophical Fragments
Menjawab satu pertanyaan
Barangkali saja, Anda bertanya-tanya saat mengamati bagian daftar isi buku ini. Mengapa para editor dan penulis buku ini menyisipkan berbagai aliran-aliran agama ke di antara isme-isme filsafat? Sebab, filsafat dan agama tidak jarang saling berkait kelindan dalam kehidupan manusia. Søren Kierkegaard (1813—1855)—dengan menggunakan nama samaran Johannes Climacus—dalam Philosophical Fragments pernah mencela, “untuk apa kita punya para filsuf, jika bukan untuk membuat perkara-perkara supranatural menjadi sepele dan umum sifatnya?” (h. 133)
Memang, kita dapat menyusun daftar panjang perbedaan agama dan filsafat. Tradisi keagamaan selalu berurusan dengan hal-hal supranatural, mistis, dan spiritual. Iman, dalam tradisi agama, adalah pusatnya. Sementara itu, tradisi filsafat sangat jarang mendasarkan diri pada padad iman, kecuali mungkin tradisi Patristik pada Filsafat Barat. Tradisi keagamaan juga memiliki ritual, nabi, dan dewa-dewi, selain gagasan tentang kehidupan setelah kematian.
Namun demikian, ada satu hal yang patut dicatat soal persamaan antara agama dan filsafat. “Meskipun agama dan filsafat memiliki beragam perbedaan, ada satu benang merah utama yang dimiliki filsafat dan agama, yakni bahwa mereka semua bergulat dengan makna hidup dan pertanyaan tentang bagaimana menjalani hidup dalam kerangka etis tertentu.” (h. 134) Pada dasarnya, agama dan filsafat sama-sama hendak menjawab satu pertanyaan dasar: Bagaimana manusia dapat menjalani hidup yang baik?
Anda yang memilih
Buku ini cukup bagus untuk mengantar pembaca, terutama mereka yang awam dengan filsafat, masuk ke dalam alam pemikiran filosofis. Setiap pengarang mampu mengekspresikan dengan baik gagasan mereka. Pembaca diajak untuk mengenali secara ringkas 15 aliran filsafat yang dikupas melalui buku ini.
Karena buku ini adalah kumpulan tulisan, gaya bahasa dan susunan penulisan yang disampaikan masing-masing penulis pun berbeda. Ada yang menuliskan secara mendalam, namun ada pula yang sekadar memberikan pengantar ringkas. Namun, sekali lagi perlu ditegaskan bahwa karya tulis ini cukup baik untuk sebuah buku pengantar.
Setelah membaca buku ini, jika ingin menggali lebih dalam, kita harus mendalami lagi masing-masing ajaran tersebut melalui sumber lain yang lebih lengkap. Yang paling penting dari semuanya, baik bagi Anda mengenal masing-masing ajaran filsafat ini. Setelahnya, Anda dapat memilih sendiri cara menjalani hidup yang baik berdasarkan inspirasi dari gagasan-gagasan dari rangkuman sejarah filsafat yang tersaji.
Buku ini cukup bagus untuk mengantar pembaca, terutama mereka yang awam dengan filsafat, masuk ke dalam alam pemikiran filosofis.