Di tengah kegamangan persoalan media sosial yang dikaitkan dengan politik dengan bumbu berita palsu, adalah menarik melihat penelitian Puji Rianto. Penelitian Rianto memusatkan perhatian pada fenomena pascakebenaran dalam grup Whatsapp para alumni salah satu universitas di Yogyakarta. Latar belakang penelitian ini didasarkan pada peristiwa Pemilu presiden 2019.
Menurut Rianto, persoalan pascakebenaran begitu marak tidak hanya disebabkan oleh rendahnya literasi digital. Ada persoalan yang lebih mendesak, yakni lunturnya etika komunikasi dalam ruang percakapan di dunia digital. Etika komunikasi, selain memperkuat literasi digital, menjadi faktor utama yang dapat membendung persebaran berita palsu di media sosial.
Media sosial memang tidak dapat dinafikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dewasa ini. Media sosial dan dunia digital dapat digunakan untuk kampanye kebaikan, seperti penggalangan dana untuk membantu korban bencana alam atau membangun jejaring pengawasan kebijakan publik.
Namun, di sisi lain, kecenderungan pembusukan dalam media sosial dan dunia digital melalui berita palsu, ungguhan bernada kebencian, dan kecenderungan menyebarkan materi-materi bernada pascakebenaran menjadi sisi negatifnya.Kuy, gabung dalam diskusi tentang Media Sosial bersama @anggiemarthin dan @andreaszu_ pada Jumat ini, jam 15:00 WIB lewat Zoom.
Turut mengundang mas Andreas Maryoto @amaryoto dari Departemen Media Sosial Harian Kompas.