Di balik nuansa romatis Hari Valentine—yang di Indonesia juga dikenal sebagai Hari Kasih Sayang, ternyata peringatan ini memiliki beberapa kisah dan legenda yang menjadi latar belakangnya. Sudah berabad-abad lamanya kisah ini terjadi. Namun demikian, sampai saat ini masih menjadi perdebatan tentang kebenaran sisi historisnya. Terlalu banyak versi kisah seorang bernama Valentinus yang diceritakan dari berbagai latar belakang berbeda. Tapi, setidaknya ada dua kisah yang paling terkenal di antaranya.
Teka-teki asal kata “Valentine”
Kata “Valentine” konon diambil dari nama seorang seorang uskup berkebangsaan Italia yang hidup pada tahun 270 M, Valentinus dari Terni. Diyakini bahwa dia dipenjara karena telah menikahkan sepasang kekasih secara sembunyi-sembunyi. Padahal, pada masa itu, hal ini dilarang oleh hukum yang ditetapkan Kaisar Romawi, Claudius II Gothicus. Sebab, konon si pemuda menikah sebelum menjadi tentara. Sementara itu, ajaran Kristen adalah agama terlarang pada masa Kekaisaran Romawi.
Tindakan Valentinus diambil karena ingin menyelamatkan si pemuda dari bahaya peperangan. Uskup Valentinus dari Terni ini juga dikabarkan dihukum karena meminta Kaisar untuk bertobat. Valentinus dirajam untuk kemudian dipenggal. Jasadnya dikuburkan tempat yang disebut Via Flaminia. Akhirnya, dia menjadi martir karena memperjuangkan imannya, serta cinta sepasang anak manusia.
Versi lain dari seorang Valentinus lainnya, yang merupakan seorang syahid pada masa Kekaisaran Romawi. Valentinus adalah seorang imam dari Roma yang hidup sekitar tahun 300 M. Dia telah dijebloskan ke penjara karena ajarannya, dan juga karena menolak untuk menyembah dewa-dewi Romawi. Dia pun menyembuhkan mata putri seorang sipir yang menahannya dari kebutaan.
Tanggal 14 Februari adalah hari terakhir bagi Valentinus hingga mengembuskan nafas terakhir. Nasibnya begitu malang karena dia dihukum penggal. Dikisahkan, pada malam sebelum dieksekusi mati, dia menuliskan sebuah surat perpisahan untuk putri si sipir. Sang terpidana mati lalu mengakhiri surat itu dengan frasa yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berbunyi, “From your Valentine” (dari Valentinus yang Anda kenal). Konon katanya, Valentinus menaruh hati pada putri si sipir.
Hari Valentine dan Festival Lupercalia
Peringatan Hari Valentine tidak luput dengan satu nama dalam tradisi kekristenan, Paus Gelasius I. Inilah tokoh yang memaklumkan peringatan untuk St. Valentinus yang jatuh pada 14 Februari sebagai Perayaan Hari Valentine pada 496 M. Sesungguhnya, Perayaan Hari Valentine ini ditujukan untuk menggantikan perayaan kaum pagan dalam budaya Romawi Kuno, Festival Lupercalia. Festival Lupercalia sendiri umumnya dirayakan pada 13—15 Februari.
Sesungguhnya, Perayaan Hari Valentine dan Festival Lupercalia memiliki semangat yang bertolak belakang. Sementara perayaan Valentine berfokus pada tema kasih sayang, Festival Lupercalia erat kaitannya dengan darah dan kurban hewan. Festival Lupercalia sendiri adalah perayaan kaum pagan Romawi Kuno untuk menghormati Dewa Faunus yang juga dikenal sebagai Lupercal. Lupercal adalah pelindung bagi kawanan domba dan kambing ternak dari serangan kelompok serigala pemburu.
Selain itu, Festival Lupercalia juga ditujukan untuk menghormati Lupa, serigala betina yang konon menyusui dan mengasuh dua tokoh bayi kembar pendiri kota Roma, Remus dan Romulus. Perayaan ini sendiri dirayakan di gua Lupercal yang terletak di bukit Palatine. Konon, kota Roma kuno dibangun di atas bukit ini.
Festival Lupercalia oleh kaum pagan Romawi kuno dikaitkan dengan kedatangan musim semi. Musim semi juga diasosiasikan dengan kesuburan kaum perempuan. Cerita tentang Festival Lupercalia sebenarnya diliputi oleh legenda. Konon, menurut catatan Dionysus dari Halicarnassus dan Plutarch, Lupercalia dirayakan dengan perlombaan lari para lelaki telanjang yang menutup diri dengan kulit domba kurban. Para lelaki ini akan berlari menurui bukit Palatin seraya memukul perempuan yang ada di sepanjang jalur perlombaan dengan seutas cambuk.
Sementara itu, catatan Ovid menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan Kaisar Romulus, terjadi “musibah”, yakni begitu banyak wanita yang kesulitan mendapatkan keturunan. Maka, para pria dan wanita di Roma memohon pada Dewi Juno di bukit Esquiline. Oleh Dewi Juno, orang-orang dianjurkan untuk melakukan ritual dengan mengurbankan seekor domba, mengulitinya, dan memakaikannya kepada seorang pria. Pria telanjang berpakaian kulit kambing ini akan mencambuk punggung seorang wanita. Konon, sepuluh bulan kemudian, wanita itu akan mengandung.
Ada pula ritual lain yang berkembang dalam Festival Lupercalia terkait dengan permasalahan kesuburan. Nama-nama pria dan wanita yang menyembah Lupercus akan dimasukkan ke dalam sebuah guci. Setelahnya, nama-nama itu akan diambil secara acak oleh seorang anak kecil. Pria dan wanita yang namanya muncul secara acak akan dipasangkan secara intim setahun penuh. Harapannya, tentu agar mereka dapat melahirkan seorang bayi. Dengan demikian, ritual kesuburan dapat terpenuhi.
Adalah Paus Gelasius I yang menyudahi praktik pagan tersebut pada 341 M. Dalam perspektif kekristenan, ritual Lupercalia yang berfokus pada kesuburan tidak membangun. Maka, Paus Gelasius I memaknai ulang Festival Lupercalia dalam perspektif kekristenan dan menggesernya dengan perayaan untuk Santo Valentinus yang jatuh pada 14 Februari. Santo Valentinus (dari Terni) lalu dirayakan sebagai orang kudus yang “penuh cinta kasih.” Akibatnya, seluruh dunia lalu merayakan tanggal 14 Februari dengan bunga, kasih sayang, dan hal-hal “manis” lainnya. Sebab, konon pada 14 Februari, para pasangan Kristen saling mengikatkan diri dalam perkawinan kudus di Basilika Santo Valentinus di Terni, Italia.
Tanda cinta dan sayang di Hari Valentine
Kebiasaan “memilih kekasih” pada tanggal 14 Februari menyebar ke seluruh Eropa pada Abad Pertengahan. Kebiasaan ini lalu menyebar kemudian ke koloni-koloni Amerika awal. Selama tahun 1700-an, pada Hari Valentine, para lelaki muda menuliskan nama kekasih mereka di lengan bajunya. Sebuah tradisi yang mungkin merupakan asal mula pepatah, “The man who wears his heart on his sleeve” (harafiahnya: Lelaki penyayang menyematkan tanda hati di lengan kemejanya). Pepatah ini sendiri kurang lebih memiliki arti agar seorang pria untuk mengungkapkan perasaan dan emosi yang bergejolak daripada menyembunyikannya. Sementara itu, selama berabad-abad, penduduk di Eropa dan Inggris memercayai bahwa masa pertengahan Februari adalah gerbang musim semi. Pada masa ini, orang-orang memercayainya sebagai masa musim burung kawin. Maka, rasanya awal musim semi adalah masa yang baik untuk mengungkapkan cinta dan kasih sayang.
Apa pun asal-usulnya yang mungkin terdengar unik, Hari Valentine adalah hari untuk mengungkapkan tanda cinta dan saling menyampaikan kasih sayang kepada orang tercinta. Hari Valentine adalah hari untuk menunjukkan tanda kasih kita kepada teman maupun orang yang kita cintai. Tanda cinta dan kasih itu bisa berupa memberikan surat, coklat, permen, maupun keik kepada seseorang yang menurut kita spesial.
Tak ketinggalan, para pria biasanya memberikan bunga kepada wanita pujaan hatinya. Bunga yang selalu menjadi media lambang kasih di Hari Valentine ini adalah mawar merah. Bunga mawar merah melambangkan cinta, kekaguman, dan romantisme. Tapi, tak sedikit pula orang mengirim kartu ucapan Valentine ke orang tersayangnya. Mengisi kartu ucapan dengan frasa “from your Valentine” (lihat lagi di bagian atas, ya!), adalah mengenang kembali surat yang ditulis oleh Santo Valentinus ketika hari terakhirnya di penjara. Kita merayakan semangat cinta kasih sang syahid itu.
Kartu Hari Valentine bisa menjadi sentimental, romantis, dan menyentuh hati. Kartu itu juga bisa terkesan lucu dan ramah. Jika pengirimnya pemalu, pengirim menuliskan suratnya sebagai anonim. Atau, bisa juga diakhiri dengan frasa “Pengagum Rahasia Anda.” Owwhhh, co cwiiiitttttt…
Hadiah yang diberikan pada Hari Valentine sering bertabur gambar berbentuk “hati” yang merupakan simbol cinta. Di beberapa sekolah dasar, anak-anak membawa atau membuat “tanda kasih” untuk semua teman sekelasnya dan memasukkannya ke dalam kotak besar yang dihias, mirip dengan kotak surat. Pada tanggal 14 Februari, guru membuka kotak dan membagikan “tanda kasih” kepada setiap siswa. Setelah siswa membaca surat mereka, mereka mengadakan pesta kecil. Mereka akan makan kudapan dan minum minuman ringan bersama.
Sekarang saatnya mengungkapkan cinta dan sayang!
Media surat kabar di seluruh negeri juga memberikan kesempatan untuk orang-orang dari segala usia untuk menyampaikan pesannya melalui surat kabar pada Hari Valentine. Siapa pun dapat mengirim pesan yang ditujukan untuk calon kekasih, teman baik, putra atau putri, orang tua, kenalan, atau bahkan pasangan selama lima puluh tahun. Dengan sedikit biaya, pesan tersebut dicetak di bagian khusus surat kabar pada tanggal 14 Februari.
Pesan-pesan di Hari Valentine begitu menyenangkan dan menghangatkan hati untuk dibaca. Mereka sering menyertakan nama hewan peliharaan seperti “Sugar Lump” (gumpalan gula), “Teddy Bear” (beruang teddy), “Sweetie Pie” (si manis jembatan ancol), atau “Honey” (sayangku). Untuk kamu yang sekarang ini berstatus jomblo, sudahkah menyiapkan hadiah atau ucapan atau teks WA buat gebetan? Untuk kamu yang sekarang punya pasangan, sudahkah memberikan ucapan selamat untuk pasanganmu? Jangan khawatir, kami sudah menyiapkan beberpa kutipan romantis untuk kalian. Dan untuk kalian, bibliophiles atau yang sedang dekat dengan bibliophiles, memberi kado buku-buku romantis untuk dibaca sepanjang sisa Februari ini, tentu adalah sebuah pilihan yang manis, bukan?
Mawar itu merah / Violet itu biru // (Roses are red / Violets are blue)
Gula itu manis / Semanis dirimu// (Sugar is sweet / And so are you)