Penulis Perempuan Asia (Bagian 1)

0
Share
Penulis perempuan Asia

Perempuan, Asia, dan penulis tiga kata yang dalam arti tertentu mengandung nuansa minor. Sejarah manusia mencatat bahwa perempuan selalu menjadi subordinat dominasi laki-laki. Dalam kancah budaya dan politik global, Asia tidak jarang dinarasikan sebagai bangsa yang kalah maju jika dibandingkan dengan Eropa Barat atau Amerika Utara. Lalu, mengungkapkan cita-cita saat dewasa menjadi penulis kepada orang tua rasanya bukan langkah taktis untuk meminta kenaikan uang jajan bulanan, bukan?

Lalu, apa jadinya kalau ketiga kata itu digabung? Jangan jadi pesimis dulu, sebab ada 12 orang perempuan yang hidup sebagai penulis dan mereka semua berdarah Asia. Kesemuanya bicara lantang melalui karya-karya mereka. “Ngeri” sekaligus sedap!

1. Jenny Han

Penulis Perempuan Asia Jenny Han

Jenny Han adalah penulis Amerika Serikat yang terkenal berkat dua trilogi yang ditulisnya, The Summer I Turned Pretty dan To All the Boys I’ve Loved Before. Penulis kelahiran 3 September 1980 ini lahir di Virginia, AS, ini lahir dari orang tua keturunan Amerika-Korea. Jenny sempat belajar penulisan kreatif di The New School dan meraih gelar Master of Fine Art. Penulis novel remaja ini banyak berkisah tentang kerentanan masa remaja dari perspektif seorang perempuan. Pada Agustus 2018, To All the Boys I’ve Loved Before diadaptasi menjadi sebuah film dan didistribusikan melalui Netflix.      

2. Jenny Zhang

Penulis Perempuan Asia Jenny Zhang

Penulis yang juga seorang penyair dan esais ini banyak berkisah tentang spektrum yang dialami anak-anak. Tidak jarang, orang menyederhanakan proses pertumbuhan seorang anak menjadi dua kutub. Kutub pertama mewakili masa kanak-kanak yang polos dan menyenangkan. Di lain sisi, diwakili oleh pengalaman buruk yang traumatis dan gelap. Jenny, kelahiran 1983 ini, memiliki akar Asia karena lahir di Shanghai, Tiongkok dan berimigrasi ke Amerika Serikat. Segala informasi tentangnya dapat dilacak dari jennybagel.com.

3. Jung Chang

Penulis Perempuan Asia Jung Chang

Dilahirkan pada 25 Maret 1952 di Ytibin, Provinsi Sichuan, Tiongkok dari orang tua yang keduanya anggota Partai Komunis Tiongkok, Jung Chang sejak kecil tertarik pada dunia kesusastraan. Sepanjang Revolusi Kebudayaan (1966–1976), Jung berganti-ganti pekerjaan hingga akhirnya belajar bahasa Inggris di Universitas Sichuan. Pada 1982, ia bahkan meraih gelar Ph.D. dari Universitas York, Inggris di bidang Linguistik. Nama Jung mencuat dalam jagat penulisan setelah membuahkan Wild Swans, sebuah autobiografi tentang kehidupan wanita tiga generasi: nenek, ibu, dan dirinya sendiri. Ia berkisah tentang kekecewaan dan kengerian kaum perempuan dalam politik selama pemerintahan Mao Tse Dong.

4. Amy Tan

Penulis Perempuan Asia Amy Tan

Terlahir dengan nama lengkap Amy Ruth Tan pada 19 Februari 1952 di Oakland, California, AS, novelis ini besar baik di California maupun Swis. Kedua orang tuanya adalah imigran dari Tiongkok. Namanya menjadi harum dalam dunia sastra setelah menulis Joy Luck Club, sebuah novel yang merekam kronik yang terjadi dalam kehidupan empat orang ibu imigran dari Tiongkok. Di dalam buku ini, hubungan ibu-anak perempuan mendapat tempat yang luas. Meskipun banyak kritik datang karena kecenderungannya menggambarkan lelaki keturunan Tiongkok-Amerika secara stereotip. Namun demikian, perhatian Amy pada kaum perempuan yang terpinggirkan dalam budaya patriarkis masyarat Tionghoa tetap merupakan kontribusi positif.

5. Marie Lu

Penulis Perempuan Asia Marie Lu

Marie Lu terlahir sebagai Xiwei Lu. Ia berdarah Tiongkok-Amerika dan lahir di Wuxi, Jiangsu, Tiongkok pada 11 Juli 1984. Lulusan University of Southern California ini awalnya berkecimpung dalam dunia gim dan bekerja untuk Disney Interactive Studios sebagai seniman animasi Flash. Namanya lalu melambung di dunia penulisan saat merilis dua trilogi novel remaja, Legend dan The Young Elite. Trilogi Legend-Prodigy-Champion adalah novel remaja berlatar dunia distopia yang terinspirasi dari film Les Miserables. Sementara itu, trilogi The Young Elite-The Rose Society-The Midnight Star adalah novel fantasi yang mengambil latar sebuah dunia layaknya zaman Renaisans yang dipenuhi sihir dan kemampuan supranatural, juga pertikaian kekuasaan antara tujuh negara.

6. Jesse Q. Sutanto

Penulis Perempuan Asia Jesse Sutanto

Perempuan yang menganggap baik Jakarta dan Singapura sebagai “rumahnya” ini meraih gelar Magister di bidang penulisan kreatif dari Universitas Oxford. Jesse juga memiliki keinginan untuk membantu para penulis yang berkumpul dalam komunitas pinggiran. Bagi Jesse, tema-tema yang menyangkut hak perempuan dan keanekaragaman kultural dikupas melalui karya-karyanya. Ia banyak menulis novel remaja, bahkan buku debutnya, Dial A for Aunties yang merupakan komedi romantis menyelipkan kekhasan budaya Tionghoa di Indonesia. Novel ini juga menyabet penghargaan Comedy Women in Print.

***

Nah, itulah 6 penulis perempuan berdarah Asia yang karya-karyanya mereka layak ada di rak buku kalian, bibliophiles. Eits, masih ada 6 penulis lagi yang sudah kami siapkan juga. So, click here!