
We Are the Students of Leadership
Program Belajar Bersama Bertema Kepemimpinan
Latar Belakang
Dalam sebuah percakapan yang diunggah di kanal Youtube-nya, penulis dan pemikir Simon Sinek mengungkapkan sebuah pandangan yang mendasar tentang keahlian. “Saya bukanlah seorang ahli,” ujarnya, “Saya adalah seorang murid.” Kutipan ini, khususnya dalam konteks kepemimpinan, menjadi landasan berpikir yang kuat. Sinek percaya bahwa tidak ada seorang pun yang terlahir dan serta-merta “menjadi” ahli dalam bidang apa pun, termasuk kepemimpinan. Sebaliknya, ia melihat dirinya sebagai seorang pembelajar abadi, seorang “murid” di bidang kepemimpinan.
Pandangan ini menantang mitos lama yang sering kita dengar: bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Banyak yang percaya bahwa atribut kepemimpinan adalah bakat alami yang terberi sejak lahir. Sinek tidak menampik bahwa seseorang mungkin terlahir dengan potensi kepemimpinan yang lebih besar. Namun, potensi tersebut tidak akan pernah matang tanpa proses belajar dan tempaan. Saat seorang individu tumbuh dewasa, ia pasti terpengaruh dan belajar dari para pemimpin di sekitarnya. Bakat, betapapun besarnya, perlu diasah dan dimatangkan secara terus-menerus. Kepemimpinan, pada intinya, adalah sebuah keterampilan.
Lebih jauh, Sinek membedakan secara tegas antara kepemimpinan (leadership) dan kekuasaan (taking charge). Kekuasaan, menurutnya, didominasi oleh peranan kontrol. Sebaliknya, kepemimpinan adalah tentang memberi perhatian dan merawat orang-orang yang berada di dalam lingkaran terdekatnya. Kepemimpinan yang sejati selalu menciptakan lingkungan yang aman, di mana setiap anggota tim merasa dilindungi dan dihargai. Sinek bahkan menganalogikan seorang pemimpin yang baik layaknya seorang ayah atau ibu yang baik—mereka yang memperhatikan, merawat, dan melindungi anak-anaknya tanpa pamrih.
Gagasan ini diperkuat oleh James Kouzes dan Barry Posner, dua peneliti kepemimpinan terkemuka. Dalam buku mereka, Credibility (2011), mereka menyatakan bahwa, “Kredibilitas adalah fondasi kepemimpinan.” Sayangnya, mereka mengamati bahwa para pemimpin di era modern, baik di panggung politik maupun korporasi, sering kali bukanlah orang-orang yang bisa dipercaya. Mereka dianggap tidak kompeten, tidak jujur, dan lebih termotivasi oleh kepentingan pribadi alih-alih kesejahteraan orang-orang yang mereka pimpin. Padahal, syarat utama seorang pemimpin yang baik adalah ia dapat dipercaya dan diandalkan, dan kualitas ini hanya bisa diukur oleh mereka yang dipimpin.
Melihat realitas ini, jelaslah bahwa kepemimpinan dapat, dan bahkan harus, diciptakan dan dilatih. Keterampilan ini menjadi semakin krusial di tengah dinamika bisnis saat ini. Kita tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa gejolak politik dan ekonomi global selalu berimbas pada dunia usaha. Konflik di Eropa Timur dan Timur Tengah, misalnya, secara langsung memengaruhi stabilitas ekonomi di Eropa Barat, Amerika Serikat, bahkan hingga Asia Tenggara. Tanpa bermaksud menakut-nakuti, kita sedang berada di ambang krisis yang menuntut kewaspadaan tinggi. Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kewaspadaan ini adalah dengan mempersiapkan para pemimpin masa depan, karena pemimpin sejati selalu lahir dan dibentuk dari situasi krisis yang berhasil dihadapinya.
Menjawab tantangan tersebut, Periplus, sebagai perusahaan ritel toko buku berkualitas, mengambil langkah proaktif. Krisis global harus disikapi dengan kepala dingin dan strategi yang tepat sasaran. Untuk itu, Periplus menyelenggarakan program pelatihan dan studi bersama bertema kepemimpinan, dengan harapan dapat menumbuhkan kesadaran dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membawa bahtera Periplus mengarungi arus tantangan zaman dengan selamat.
Arah, Tujuan, dan Konsep Program
Program pelatihan dan studi bersama ini didasarkan pada gagasan kepemimpinan yang ditawarkan oleh Simon Sinek melalui tiga karya monumentalnya: Start with Why (2009), Leaders Eat Last (2017), dan The Infinite Game (2019). Selain itu, diskusi juga akan diperkaya dengan artikel “Evolution of leadership theory” karya Sihame Benmira dan Moyosolu Agboola.
Melalui karya-karya ini, program bertujuan membangun kultur kepemimpinan yang berorientasi pada nilai, kepercayaan, dan keberlanjutan di lingkungan kerja Periplus. Secara khusus, program ini dirancang untuk:
- Menjawab kebutuhan perusahaan akan kepemimpinan yang autentik dan inspiratif.
- Merespons keprihatinan umum tentang rendahnya kapasitas kepemimpinan.
- Meningkatkan literasi kepemimpinan staf melalui studi buku yang mendalam.
- Memperdalam pengetahuan produk (product knowledge).
- Membangun komunitas pembelajar yang solid di lingkungan kerja.
Konsep yang diusung adalah studi bersama yang interaktif. Para peserta, yang merupakan staf Kepala Toko Periplus Bookshop, akan dibagi menjadi sepuluh kelompok dan berperan aktif sebagai penyaji materi sekaligus anggota diskusi. Pelatihan akan diadakan sebanyak enam kali, setiap hari Selasa kedua dalam bulan, mulai Juli hingga Desember 2025. Setiap sesi berdurasi 120 menit, di mana dua kelompok akan menyajikan paparan dan memantik diskusi.
Dengan menjadikan para Kepala Toko sebagai pusat dari proses belajar ini, diharapkan wawasan yang didapat tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga dapat langsung dikaitkan dengan konteks tanggung jawab harian masing-masing. Ini adalah sebuah investasi dalam sumber daya manusia, sebuah langkah nyata untuk memastikan bahwa setiap gerai Periplus dipimpin oleh individu yang tidak hanya cakap secara manajerial, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan yang merawat dan menginspirasi. Hal-hal teknis lebih lanjut mengenai program ini akan diinformasikan dalam rapat mingguan Tim Retail.
Pembagian Tim Belajar
- Novalita Bakkara & Magdalena Tantri P
- Hagai Pantoro & Fransiskus Asisi Oki Joko Prakoso
- Kiky Zakiya Muharror & Faisal Karim
- Rudi Hermanto & Claudiana Novita Penabur
- Noval Aliffianto & Gabriella Dhita
- Apri Kurniawan & Farhans Habibie Surmadi
- Anfield Fitra Wijaya & Ramdhani Pratama Hakim
- Pandu Anggara & Amira Naifasanti Pradnyasistha
- Putra Pribadi & Ayu Lestari
- Achmad Baidowi & Ihsan Muhammad Yasin Kurniawan
- Inayatul Fauziah & Mina Sabila Rindiyani
- Juan Albert Carlo Kolibu & Fraka Jodi Utama
Karakter-Karakter Leadership

1. Alaric
Student of Great Man Leadership

2. Eva
Student of Trait Leadership

3. Rico
Student of Behavioural Leadership

4. Lina
Student of Contigency Leadership

5. Arga
Student of Situational Leadership

6. Dian
Student of Transactional Leadership

7. Maya
Student of Transformational Leadership

8. Ari
Student of Servant Leadership

9. Sarah
Student of Inclusive Leadership

10. Aidan
Student of Complexity Leadership
Program Pelatihan
- Selasa, 15 Juli 2025: Pembukaan: 10 Model Kepemimpinan dalam Sejarah oleh Simon A. Permono
- Selasa, 12 Agustus 2025:
- Kelompok Alaric: Model Kepemimpinan Great Men Theory
- Kelompok Eva: Model Kepemimpinan Trait Theory
- Senin & Selasa, 8 & 9 September:
- Kelompok Rico: Model Kepemimpinan Behavioural Theory
- Kelompok Lina: Model Kepemimpinan Contigency Theory
- Kelompok Arga: Model Kepemimpinan Situational Theory
- Kelompok Dian: Model Kepemimpinan Transactional Theory
- Selasa, 14 Oktober:
- Kelompok Maya: Model Kepemimpinan Transformational Theory
- Kelompok Ari: Model Kepemimpinan Servant Theory
- Selasa, 11 November 2025:
- Kelompok Sarah: Model Kepemimpinan Inclusive Theory
- Kelompok Aidan: Model Kepemimpinan Complexity Theory
- Selasa, 9 Desember: Wrap-up: Lima Model Kepemimpinan: James Kouzes dan Barry Posner – J. Mahendra Dananjaya
Dokumen Pelengkap
