Novel sekuel Thursday Murder Club muncul dari debutan novelis terbesar dalam sejarah baru-baru ini. Novel The Man Who Died Twiced ini telah masuk dalam daftar Bestseller dari Sunday Times.
The Man Who Died Twice menceritakan empat sekawan di komunitas pensiunan KENT. Mereka menghindar dari rutinitas bermain 5000 keping puzzle. Kelompok ini keluar dari kebiasaan itu. Mereka menantang kecerdasan mereka sendiri dengan menyelidiki misteri pembunuhan.
Kita lalu diajak untuk bertemu dengan keempat pensiunan. Pimpinan empat sekawan itu adalah Elizabeth Best. Best dulunya seorang agen rahasia. Oleh karenanya, dia selalu memiliki cerita kilas balik lucu ke Berlin Timur pada 1970. Yang kedua adalah Ron. Ron adalah mantan agitator Serikat Bolshie yang secara otomatis tidak percaya apa pun yang dikatakannya sendiri!
Tokoh lain adalah Ibrahim. Dia adalah pensiunan psikiater yang sangat terorganisir. Ia hanya menemukan kesenangan hanya ketika membuat daftar atau menjelaskan sesuatu. Namun, yang paling berkesan dari semuanya adalah Joyce yang ceria dan gembira. Joyce, yang dulunya bekerja sebagai perawat, akan tetap berkomentar baik tentang warna blus yang dikenakan perempuan yang dilihatnya, meskipun ia sedang berhadapan dengan mayat tanpa kepala. Dia mendapatkan porsi narasi yang banyak dan memancing rasa humor.
Suatu kali di hari Kamis, Elizabeth menerima sepucuk surat dari seorang pria. Elizabeth dan pria itu pernah menjalin cerita yang panjang. Pria itu sedang diburu dan membutuhkan bantuan Elizabeth. Dari ceritanya, pria yang mengirim surat pada Elizabeth terlibat dengan berlian curian, organisasi mafia yang kejam, dan ancaman-ancaman lain bagi hidupnya.
Namun, korban pembunuhan kemudian berjatuhan. Maka, Elizabeth mengumpulkan Joyce, Ibrahim, dan Ron. Mereka mengejar dan menghentikan aksi si pembunuh keji. Nah, lalu bagaimana dengan berlian-berlian curian itu? Tentu jika berlian-berlian itu jatuh ke tangan empat sekawan, akan jadi bonus yang menggiurkan, bukan!
Akan tetapi, keempat sekawan itu berhadapan dengan pembunuh yang bukan kacangan. Pembunuh itu memiliki pengalaman dan keahlian yang tinggi. Si pembunuh tentu akan dengan mudah menghabisi empat orang berumur 70-an tanpa mengedipkan kelopak mata. Akankah Elizabeth dan teman-temannya menemukan sang pembunuh (dan juga berliannya)? Atau, justru empat sekawan itulah yang diburu oleh si pembunuh?
Lalu, siapakah Richard Osman?
Richard Osman adalah creative director di Endemol UK. Dia telah bekerja sebagai executive producer dalam berbagai acara televisi, seperti “8 Out of 10 Cats” dan “10 O’Clock Live“. Richard mulai terkenal ketika dia menjadi pembawa acara Pointless bersama Alexander Amstrong. Kemashyuran Richard dan pengetahuannya yang luar biasa mengenai hal-hal remeh-temeh telah membawanya menjadi presenter acara kuisnya sendiri di BBC, Two Tribes, juga Insert NameHere, Child Genius, dan Richard Osman’s House of Games. Dia juga menjadi pengisi reluger di panel show, seperti Have I Got News For You, dan menulis di kolom Radio Times.