Selama bulan November 2021 ini Periplus Education menawarkan kutipan-kutipan yang dibagikan setiap hari kepada para Guru. Kutipan diambilkan dari para tokoh Pendidikan, baik dari dunia Internasional maupun Nasional (Indonesia sendiri): Maria Montessori, Rabindranath Tagore, Marie Clay, dan John Dewey; lalu KH Ahmad Dahlan, RA Kartini, Ki Hadjar Dewantara dan Gus Dur.
Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk merawat kesadaran bersama mengenai Hari Guru Nasional. Guru adalah asset yang tak ternilai yang dimiliki oleh sebuah Bangsa. Guru adalah eksponen perubahan yang memiliki peran strategis untuk menyemai dan merawat kebaikan dalam diri generasi muda Bangsa.
Selain itu, dengan kutipan-kutipan tersebut kita berharap agar rekan-rekan Guru lebih masuk-merasuk ke dalam “ruh” (atau spiritualitas) sebagai Guru dan tidak terperangkap pada seremoni dan formalitas belaka.
Hari Guru Nasional
Kapan sebenarnya Hari Guru diperingati? Tergantung. Sejak tahun 1994, World Teacher’s Day (Hari Guru Internasional) ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap tanggal 5 Oktober. Ini bertepatan dengan penanda-tanganan atas dokumen rekomendasi terkait status guru oleh UNESCO/ILO pada tahun 1966.
Sementara itu, di Indonesia, juga sejak tahun 1994 ditetapkan bahwa Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November. Tanggal tersebut dipilih bertepatan dengan lahirnya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) pada Kongres I di Surakarta (24-25 November 1945). Seperti kita ketahui, jauh hari sebelum Kemerdekaan, ada banyak organisasi dan sub-organisasi untuk para guru. Melalui pelbagai wadah itu mereka turut berjuang untuk mewujudkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Melalui Kongres I tersebut mereka sepakat untuk melebur menjadi satu wadah (PGRI) seturut semangat NKRI yang baru berusia 100 hari. Para guru sepakat untuk bersatu berjuang melalui PGRI, sebuah organisasi yang bersifat unitaristik, independen dan non-partisan. Unitaristik artinya PGRI tidak memandang perbedaan kelulusan (ijazah), tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gender, maupun asal usul. Independen berarti PGRI berlandaskan pada kemandirian dan kemitra-sejajaran. Nonpartisan artinya PGRI bukan merupakan afiliasi dari partai politik mana pun.
Berbagi Refleksi
Lepas dari aneka seremoni dan formalitas peringatan Hari Guru Nasional, mari kita selalu kembali kepada cita-cita dasar didirikannya PGRI. Kita mesti berani melakukan mawas diri secara jujur bagaimana kita telah/sedang meneruskan gelora perjuangan dengan mengisi Kemerdekaan. Atau lebih khusus lagi, sejauh mana kita menjaga nyala marwah kita sebagai guru dalam perjuangan di zaman ini?
Berikut ini ada beberapa guru yang berkenan turut membagikan refleksi pribadi mereka. Mereka adalah Ibu Debby (guru mapel Bahasa Inggris, yang juga pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Kristen Kalam Kudus, Merauke), Bapak Agung (guru IT, yang juga pernah menjadi Wakil Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Laboratorium Universitas Malang, Jawa Timur) dan Suster Pauli (Ketua Yayasan Dwi Bakti Bandarlampung). Mari kita simak satu per satu.
Ibu Debora Adriani Watung, SS
“Nama saya Debora, biasa dipanggil sebagai Debby. Sebenarnya sewaktu kecil dulu tidak pernah terbesit dalam benak ataupun terucap di mulut bahwa saya mau menjadi Guru. Namun, seiring perjalanan waktu dan kisah hidup saya, saya meyakini bahwa apa yang sedang saya jalani sekarang ini adalah jalan hidup (Panggilan) yang Tuhan berikan kepada saya.
“Saat ini saya mengajar mata-pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Kristen Kalam Kudus Merauke. Jika bisa dihitung-hitung, saya sudah menjadi guru sejak tahun 2005. Namun jauh sebelumnya saya sudah mengajar Sekolah Minggu sejak saya SMA. Rupanya hal inilah yang akhirnya saya sadari sebagai awal cerita yang membawa saya seperti sekarang ini. Meskipun sewaktu bersekolah di SD s.d. SMA ada beberapa guru yang menjadi panutan, tapi rasanya tak ternah hal itu memotivasi saya untuk menjadi guru.
“Saya sadar saat itu bahkan saat ini profesi guru kadang dipandang sebelah mata. Guru akan lebih banyak dituntut daripada diberi lebih banyak. Namun, saat ini saya dengan yakin mengatakan guru adalah bagian dari masa depan suatu bangsa. Menjadi guru berarti siap menghadapi lebih banyak kesulitan.
“Menjadi guru mengajarkan saya satu hal penting ini: hidup adalah belajar. “Ketika guru berhenti belajar, maka dia harus berhenti mengajar.” Kalimat ini selalu teringat ketika dalam keseharian saya bertemu dengan berbagai tantangan. Tantangan bertemu dengan anak yang sulit selalu menjadikan pergumulan sendiri. Namun, selalu memandang bahwa setiap anak unik dan punya bakat masing-masing inilah yang menjadikan selalu kuat. Terlebih ketika tantangan pendidikan dimasa pandemi membuat kita semakin sadar bahwa belajar tidak lagi dibatasi tembok tapi belajar bisa dari mana saja dan kapan saja juga dari siapa saja, sebagaimana pernah digaris-bawahi oleh Ki Hadjar Dewantara (1889-1959).
“Bagaimana Hari Guru Nasional hendak saya maknai? Bergerak dari hati dan pulihkan Pendidikan adalah tema hari guru nasional yang membuat saya menyatakan hati untuk tetap setia dengan panggilan sebagai guru. Karena saya yakin bahwa sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh hati akan tetap membekas sampai di hati.
“Hormat dan penghargaan tertinggi untuk setiap guru di Indonesia tercinta. Semangat mengajar dari hati untuk Pendidikan Indonesia semakin maju. Selamat Hari Guru Nasional!”
Bapak Agung Yulianto Seno Pribadi, S.Pd.
“Nama saya Agung Yulianto, seorang guru di SD Laboratorium Universitas Malang. Mohon izin saya membagikan pengalaman para murid saya dan pandangan saya pribadi terhadap salah seorang guru inspiratif. Namanya Ibu Endah.
“Setiap pagi Ibu Endah sudah berdiri di depan gerbang untuk menyapa dan memeriksa suhu tubuh para murid dengan menggunakan thermometer untuk kemudian mencatatnya di kartu absen kedatangan. Nampak semua murid dengan semangat memasuki kelas.
“Tepat pukul 07.00 WIB, bel sekolah berbunyi. Saat itu pula Bu Endah masuk ke dalam kelas. Semua murid berdiri dan memberi penghormatan. Hal itu bukan karena beliau haus kehormatan, tetapi para murid belajar untuk saling menghormati.
“Bu Endah adalah guru favorit anak-anak. Saat beliau mengajar di depan kelas, siswa diminta memerhatikan. Hal itu bukan semata karena beliau tidak tahu metode mengajar yang baik, tetapi karena kepada kami sedang diajarkan nilai menghargai orang lain. Saat memberi pekerjaan rumah pun bukan semata-mata karena beliau memberikan beban tambahan. Beliau mengajarkan cara mengisi waktu secara berkualitas.
“Pernah, suatu ketika saya melihat beliau menyobek kertas ujian seorang anak yang menyontek saat ujian. Lantas, memintanya untuk mengikuti ujian susulan. Saya melihat amarah anak itu. Namun, akhirnya anak itu sadar, bu Endah tidak berlaku jahat. Beliau sedang mengajarkan luhurnya nilai kejujuran.
“Hampir semua murid anti hari Jumat. Bu Endah selalu membuat jadwal kebersihan. Beliau meminta seluruh siswa membersihkan lingkungan sekolah pada hari Jumat. ‘Duh, seenaknya saja dia memerintah! Itu kan sudah kewajiban Petugas Kebersihan,’ gerutu salah satu murid. Syukurlah pada akhirnya dia dan para murid lainnya juga memahami bahwa ternyata beliau sedang mengajarkan perlunya tanggung-jawab bersama untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
“Bu Endah terkadang ikut nimbrung saat para murid sedang membicarakan gim favorit mereka. Beliau juga nampak melarang. Murid-murid tentunya tidak nyaman dengan sikap bu Endah yang ikut-ikutan dan melarang apa yang mereka senangi. Bu Endah sebenarnya tidak melarang. Beliau memberikan pemahaman akan perlunya memersiapkan masa depan alih-alih hanya mengisi waktu dengan bicara tentang kesenangan demi kesenangan belaka.
“Seorang murid memberikan kesaksian ini: ‘Saya sangat bangga karena sudah menjadi salah satu murid Bu Endah! Beliau banyak mengajar hal baik yang selama ini belum saya sadari: belajar menghormati orang lain, menghargai waktu, luhurnya kejujuran, pentingnya tanggung-jawab, nilai kebaikan, bahkan bagaimana mengakui kesalahan secara ksatria. Love U, Bu Endah!’
“Selamat menyongsong Hari Guru 25 November 2021!
Sr. Maria Pauli, FSGM
“Nama saya Maria Pauli. Saya adalah seorang suster biarawati dari Kongregasi FSGM (Suster Fransiskanes dari Santo Georgius Martir). Kantor pusat kami di Indonesia berada di Pringsewu, Lampung. Saat ini saya dipercaya untuk memimpin Yayasan Dwi Bakti Bandarlampung.
“Izinkan saya memulai sharing saya dengan menyebutkan guru favorit saya. Beliau adalah Ibu Dianne Keenan, pendamping saya ketika saya mengambil studi S2 (Master of Science in Education) di Steubenville OHIO, USA. Beliau bukan saja seorang guru, namun seorang pribadi yang sangat mengerti perjuangan muridnya. Beliau menghargai setiap usaha, bahkan yang terkecil sekalipun yang dilakukan oleh muridnya. Beliau mampu menumbuhkan jiwa yang mulai layu, membangkitkan harapan, dan membangun impian bagaimana menjadi seorang guru sejati.
“Saya sangat mengagumi sifat-sifat beliau itu. Inspirasi menjadi seorang guru yang penuh kasih saya dapatkan dari beliau. Melalui beliau pula kecintaan saya menjadi seorang guru tumbuh subur, hangat, menghidupkan dan tak terpadamkan.
“Selain karena memang ditugasi oleh Tarekat FSGM, saya mencintai panggilan menjadi guru pertama-tama karena bagi saya menjadi guru itu memiliki peran mengubah jiwa banyak orang muda. Kesan itu begitu mendalam saat saya berinteraksi di dalam maupun di luar kelas, utamanya ketika berbagi suka-duka kehidupan dan harapan. Saat menyadari bahwa mereka menjadi lebih bersemangat karena melihat kesaksian hidup saya, hati dan jiwa saya pun dibangkitkan dan digelorakan. Itulah sekaligus kebahagiaan terdalam yang saya alami sebagai seorang guru.
“Yang paling menantang saya sebagai seorang guru adalah manakala tuntutan profesi menyita seluruh waktu. Guru adalah sosok yang mesti belajar tanpa henti. Setiap detik dan setiap saat guru mesti update ilmu pengetahuan, dan itu dapat dilakukan formal maupun informal. Tuntutan belajar dan penguasaan materi, model pembelajaran, dan gaya mengajar seorang guru mengalami perubahan dan dinamika. Perubahan itu begitu cepat dan menantang. Sementara ada kecenderungan dalam diri saya dan mungkin juga kebanyakan guru yang nyaman tinggal dalam pola dan gaya lama. Tentu hal ini harus diatasi dengan courageous will to learn.
Sejauh ini secara pribadi saya tidak pernah berpikir untuk berpindah profesi selain menjadi menjadi guru, atau minimal berkecimpung di dunia Pendidikan. Bagi saya, mendidik itu jiwa saya. Lebih dari passion, saya mencintai dunia Pendidikan sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup saya.
“Impian saya adalah semakin mewarnai dunia batin orang muda dan rekan-rekan guru lain, agar mereka menemukan rumput yang hijau yang menyegarkan. Intinya, bagaimana agar seluruh potensi dalam diri kita bisa subur bertumbuh seutuhnya dan sepenuhnya.
“Refeleksi saya atas Hari Guru Nasional? Guru adalah cahaya kecil dalam kegelapan, dan terangnya menghangatkan jiwa banyak orang. Selamat Hari Guru Nasional!”
Memelihara nyala api
Feedback yang kami terima lewat kutipan-kutipan yang kami bagikan umumnya bernada positip. Karena selain kutipan juga disertakan beberapa paragraph sebagai pengantar refleksi, selama beberapa pekan ini para Guru seolah diajak untuk senantiasa eling lan waspada (ingat dan bersikap siap sedia) terhadap profesi mereka sebagai guru dan sekaligus “ruh” yang mestinya senantiasa dijaga menyala.
Baik Ibu Debby maupun Suster Pauli telah membagikan “ruh” yang berkobar dalam hati dan jiwa mereka. Demikian pun Bapak Agung membagikan refleksi atas seorang panutan di lingkungan sekolah. Bagi mereka, menjadi guru bukan semata-mata pilihan profesi, tetapi juga pilihan dan keputusan hidup yang senantiasa di-amin-i setiap hari. Konsekuensinya antara lain berarti senantiasa siap-sedia untuk selalu mengasah diri. Mari kita tetap membuka hati-dan-budi untuk selalu belajar agar selalu relevan dalam menjawab apa yang diminta dari kita. Kita kutip kembali dan kita amini apa yang ditulis oleh Ibu Debby di atas: “Ketika guru berhenti belajar, maka dia harus berhenti mengajar.”
Selamat Hari Guru Nasional!
Saya punya guru Matematika saat SD yang rela tidak menikah agar fokus ngajar para murid. Salut!
Selamat Hari Guru Nasional untuk semua Ibu/Bapak Guru diseluruh Indonesia.
You’re one of the best support system for your students. Never give up on your passion for teaching and never stop inspiring and supporting your students.
Kangen semua guru” yang selalu bilang ” aku pasti bisa, ga boleh nyerah, semangat!!”
Semoga Ibu/Bapak Guru selalu diberikan kesehatan?❤️
Once again Happy Teacher’s Day?
Guru sebagai sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu berjuang mencerdaskan generasi bangsa. Selamat hari Guru Nasional untuk semua edukator di Indonesia, jasa kalian sungguh bernilai untuk kemajuan bangsa Indonesia ?
Membaca atau mendengar sharing dari kawan guru selalu membangkitkan semangat saya dalam mengajarkan anak anak. Sama halnya ketika saya membaca sharing dari tiga kawan seperjuangan di atas, saya menjadi semakin termotivasi. Terus berjuang, niscaya segala usaha kita akan membuahkan yang terbaik.
Selamat hari Guru untuk seluruh Indonesia. Saya berterima kasih atas jasa-jasa guru-guru dan dosen yang sudah memberikan ilmu baik ilmu pengetahuan dan didikan guru-guru. Jasa yang mereka berikan bukan hanya sekadar ilmu pengetahuan tetapi ilmu-ilmu yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari=hari. Terutama didikan mereka sehingga saat menjalani kehidupan terdapat ilmu-ilmu yang digunakan oleh saya dalam menghadapi masalah. terima kasih banyak atas jasa-jasa dan ilmu nya
Selamat hari guru untuk semua guruku yang sudah mengajari dan membimbing dengan susah payah.. Akhirnya aku bangga mengatakan ” Aku bersyukur jadi GURU”
“What is your superpower? I am a teacher ?”. I said that proudly. Touching children’s hearts and having the ability to keep learning are the cores of your superpower, teachers. Happy teacher’s day!
Ibu mertua saya seorang guru SMP mata pelajaran bahasa Inggris di daerah. Di masa2 senjanya yg skrg menginjak usia 56 tahun tetap semangat mengajarkan anak2. Ibu saya sering bercerita betapa menjadi seorang guru adalah pekerjaan yg mulia. Apalagi dengan adanya masa pandemi COVID 19 ini, ibu tetap bersemangat mengajar krn ibu khawatir anak2 belum dapat memahami pelajaran yg telah di sampaikan secara online. Walaupun skrg sdh beberapa murid mulai belajar lagi ke sekolah namun anak2 tetap di pantau lebih ekstra krn jam belajarnya tdk sama dgn sebelum pandemi. Ibu sebagai guru memberikan contoh kepada murid2 nya agar tetap semangat, disiplin dalam menuntut ilmu selama masa pandemi ini. Karena guru itu sebagai cahaya, Ibu percaya bahwa kelak anak2 bangsa ini akan memiliki kehidupan yg baik di masa yg akan datang, maka dr itu ibu selalu memberikan contoh2 yg disiplin, baik dari hal2 yg sederhana 🙂 selamat hari guru?
My mother is a teacher – and I grew up watching her take care and look after many children, apart from her own. A teacher’s life is never dull. Every dinner conversation would have interesting stories, even more interesting characters, and a lot of lessons learned. She remembers her students, their habits and passions, their misdemeanors every now and then, and loves them (yes, till now) deeply.
It is exhausting being a teacher, but at the same time, it is truly rewarding. To watch the students grow and better themselves, to witness their character developments, and to send them off when they’re ready to fly …. Those moments are the real rewards to teachers.
To my mother, being an educator, a guide and mentor, a light in the dark to so many who need it, is a great, fulfilling life purpose. It’s not just a profession. It’s who she is.
And I know, it is the same for so many teachers and educators out there.
So Happy Teachers Day to everyone who has in his/heart to share, teach, and love others, with the pure intention to guide and lift them up. Without teachers, classes would have no meaning.
An what is life, if not a journey full of classes?
Saya mempunyai ibu yang berprofesi sebagai guru SD. Saya sangat bangga dengan ibu saya karena selain beliau propesional sebagai seorang guru, beliau juga sangat profesional sebagai seorang ibu yang baik
Terima kasih atas refleksi yang indah dari guru2 terbaik. Guru adalah terang, membuka hati, mata, pikiran peserta didik maka memang pantasnya guru harus selalu belajar, meng update pengetahuan dan sistem pembelajarannya. Terima kasih guruku. Jayalah selalu negeri ini atas jasa2 baikmu.
Membaca postingan blog ini, saya jadi ingat perjuangan nenek, tante dan sepupu saya yang berprofesi sebagai guru. Ada yang menjadi guru TK, guru SD, hingga guru bahasa Inggris. Saya melihat mengajar sudah jadi semacam passion yang mereka geluti berpuluh-puluh tahun.
Saya sendiri, sayangnya, tidak mengikuti jejak mereka. Sebab menjadi seorang guru membutuhkan skill dan bakat serta hati yang besar. Iya, tidak mudah menjadi seorang guru.
Meski begitu ada satu hal yang saya selalu ingat dari mereka, yakni untuk selalu membaca dan menulis. Ini basic sekali tetapi memiliki dampak yang besar dan penting untuk kehidupan. Rajin membaca jadi pandai, malas membaca jadi bodoh.
Sudah pasti saya pilih rajin membaca biar nggak bodoh. Tentu buku-buku yang saya baca dibeli dari Periplus karena banyak pilihan dan harganya cukup affordable untuk ukuran buku impor. Semacam menambah wawasan tanpa bikin dompet kering. ?
Pernah punya cita-cita jadi guru (bahkan sempat kuliah di jurusan itu beberapa bulan) tapi mental ini tidak kuat :’) sungguh menyadarkan bahwa menjadi guru itu sulitnya bukan main. Salut buat guru-guru dimana pun berada. Semoga derajat kalian selalu diatas dan diberkahi.
Di era semenjak covid menyerang, siswa sudah mulai terbiasa dengan cara belajar melalui internet, diskusi diforum belajar online, bimbingan pirvate online, dan mengerjakan tugas menggunakan software terbaru. Kedepannya para murid akan lebih mandiri belajar dikarenakan teknologi informasi yang maju, sehingga menjadi tantangan bagi guru untuk lebih siap menerima perkembangan teknologi. semangkin banyak informasi terbaru yang dimiliki seorang guru maka akan menjadi semangkin kreatif dalam pembelajaran di masa kini.
Selamat hari Guru.
Sewaktu saya kuliah S1, saya punya keinginan untuk bekerja di Penerbit Buku dan keengganan bekerja sebagai guru. Begitu lulus kuliah, pekerjaan yang saya dapatkan (setelah berkirim begitu banyak lamaran kerja) adalah bekerja sebagai guru (cari kerja susah!). Berjalan sekitar 6 bulan berprofesi sebagai guru, saya diterima bekerja di Penerbit Buku yang saya sangat inginkan setelah melewati serangkaian tes. Begitu senangnya saya! Saya sampaikanlah surat pengunduran diri ke pihak sekolah. Malamnya, saya tidak bisa tidur nyenyak karena terbayang wajah murid-murid saya 1 per 1 (saya guru kelas 2 SD waktu itu). Keesokan harinya, saya sampaikan sebuah surat lagi ke pihak sekolah, yaitu surat penarikan pengunduran diri saya. Demikianlah, setelah 18 tahun berlalu, saya masih tetap menjalani profesi sebagai pendidik yang memang ternyata adalah panggilan dan kebanggaan saya. Menjadi guru membuat saya merasa menjadi orang yang beruntung karena setiap harinya diberi kesempatan untuk membawa perubahan terhadap murid-murid yang saya ajar. Menjadi guru, tidak membuat saya menjadi kaya, tapi membuat saya selalu merasa berguna.
guru sepertinya memang bukan sebuah profesi/pekerjaan melainkan sebuah pengabdian. lebih banyak yang terberi daripada yang didapat. selalu salut kepada mereka yang senantiasa mengabdikan diri di bidang pendidikan. semoga hal-hal baik selalu menyertai kepada mereka yang tak kenal lelah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selamat memperingati hari guru buat semua pengajar di Indonesia. Terima kasih untuk yg berdedikasi, bertanggungjawab, dan tulus memberikan segala daya upaya mencerdaskan dan yg lebih penting memberi moral dan etika yg baik kepada semua muridnya. Semoga semakin maju.
Saya Romaida katarina simbolon. Guru di tigaraksa. Banten. Saya tertarik jadi guru sejak SD. Mengingat ada guru paforit saya yakni namanya bapak ginting almarhum. Mengajar hanya memakai gambar dan dijelaskan dengan simpel namun kami semua mengerti. Sejàk saat itu saya bercita cita mau jadi guru.
Guru itu benar benar pengabdian. Karena bukan sekedar mentransfer ilmu. Tetapi membentuk batin dan melatihkan karakter baik bagi murid.. sampai saya di sekolah keguruan pada waktu itu.Saya menemukan karakter guru yang tegas, menjadi idola saya yakni guru yang, punya hati yang lembut, kreatif, rapi,bersih, dan ramah. Dekat dengan muridnya. Saya menyadari bahwa menjadi guru berusaha untuk membentuk batin muridnya nyaman,semangat dan kreatif. Guru juga menghargai proses yang terjadi pada diri muridnya. Sebab manusia itu menjalani hidup dengan proses. Menjadi sukses juga proses. Maka mari para guru semua mari berproses dan membiarkan murid kita berproses menuju sukses seperti yang diimpikannya..
Selamat hari guru. Romaida katarina simbolon.