Awal cerita, Seo Taiji and Boys
Kota Roma tidak dibangun dalam semalam, begitu pula kesuksesan BTS. Keberhasilan BTS “menaklukkan” pasar Amerika Serikat (AS) bukan semata kisah dari negeri dongeng. Justru sebaliknya, begitu banyak peluh dan kerja keras dari sekian banyak orang hingga akhirnya BTS bisa nangkring di jajaran puncak musik dunia. Untuk memahami kesuksesan BTS, rasanya perlu juga mengetahui cakupan yang lebih luas, yakni industri musik di Korea Selatan.
Dan, ketika bicara tentang industri musik Korea Selatan (Korsel), kita tidak bisa melepaskan dari satu nama, Seo Taiji and Boys.
Adalah Seo Taiji, Yang Hyun-suk, dan Lee Juno, tiga orang bocah belasan tahun asal Seoul yang pertama kali tampil di acara pencarian bakat akhir pekan di televisi. Ketiganya menyanyi sambil berjoget, membawakan lagu yang mereka buat sendiri, “Nan Arayo” (난 알아요, I Know). Lagu yang berkisah tentang patah hati dan kehilangan gebetan ini menempatkan Seo Taiji and Boys pada peringkat terbawah dalam penilaian para juri.
Meskipun Seo Taiji and Boys tidak memenangkan hati para juri, mereka memenangkan hati dan kuping para penggemar musik. Trio ini Nampak melampaui zamannya. Saat itu, belum ada musisi Korsel yang memadukan musik Barat kontemporer—pada masanya—yang mengusung paduan rap, hip-hop, pop, dan musik tekno lalu mencampurkannya dengan lirik autentik tentang kehidupan para remaja kebanyakan.
Video musik single “Nan Arayo” ini sendiri memiliki benang merah pengaruh pada dua grup musik Eropa yang mewarnai jagat musik dunia akhir 1980-an atau awal 1990-an, Technotronic (“Pump Up the Jam”) dan Snap! (tentu saja, “The Power). “Nan Arayo” yang kental dengan nuansa musik rap, rok, dan tekno seolah menyuntukkan darah baru dalam industri musik Korsel. Namun, baru kemudian Seo Taiji and Boys meraih kesuksesan meskipun album Seo Taiji and Boys sendiri sudah dirilis pada 23 Maret.
Seo Taiji and Boys mencuat sebagai fenomena baru jagat permusikan Korsel pada saat itu. Siapa sangka, tiga pemuda belasan tahun dengan celana dan kaus gombrong yang mendapat nilai terendah ajang pencarian bakat telah menyetrum anak-anak muda Korsel pada masa itu. Adalah kesepakatan umum bahwa tanggal 11 April 1992, saat Seo Taiji and Boys berjoget dengan irama pop-and-lock dan rap cepat inilah pertanda kelahiran K-pop. Majalah musik Amerika, Spin, pernah memasukkan “Nan Arayo” pada urutan keempat dalam daftar 21 Greatest K-Pop Songs of All Time pada 2012. Sementara itu, Rolling Stone pada 2015 juga memasukkan “Nan Arayo” pada urutan ke-36 dalam 50 Greatest Boy Band Songs of All Time.
The trio’s pop-and-lock dancing and rapid-fire rapping didn’t impress the judges. But young people in the audience were electrified. Never before had South Korean artists fused the contemporary Western sounds of rap, hip-hop, pop and techno with lyrics about the authentic challenges of a typical teenager.
TIME Magazine Collector’s Edition