Han Kang penulis asal Korea Selatan berhasil meraih penghargaan Nobel Sastra 2024, salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia. Penghargaan ini diberikan oleh Akademi Swedia sebagai pengakuan atas karya-karyanya yang intens dan puitis menggali trauma sejarah serta mengeksplorasi kerapuhan hidup manusia. Gaya tulisan Han yang liris dan eksperimental memberikan sentuhan emosional yang mendalam bagi para pembacanya. Seakan-akan mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian serta bagaimana kekerasan sejarah mempengaruhi generasi demi generasi. Akademi Swedia menekankan bahwa karya Han mampu menjembatani hubungan antara tubuh dan jiwa, antara yang hidup dan yang mati, dalam konteks trauma.
Karya-karya Han Kang sering dianggap inovatif dalam prosa kontemporer, dengan gaya yang secara unik menghubungkan yang puitis dan yang filosofis. Melalui karyanya, Han menyajikan perspektif yang kompleks tentang bagaimana manusia bereaksi terhadap penderitaan dan trauma yang tak terhindarkan. Hal ini menjadikan karya-karyanya sebagai kontribusi penting dalam memahami penderitaan kolektif yang dialami masyarakat.
Sekilas tentang Han Kang
Lahir di Gwangju, Korea Selatan, pada 1970, Han Kang dibesarkan dalam keluarga intelektual. Ayahnya, Han Seung-won, merupakan seorang penulis yang dihormati di Korea dan memiliki pengaruh besar terhadap dunia sastra. Tentunya, Han Seung-won juga turut membentuk minat Han Kang dalam dunia tulis-menulis.
Han memulai karier sastranya pada 1990-an dengan menulis puisi dan cerpen di berbagai majalah sastra Korea. Pengalamannya tumbuh dalam konteks sejarah dan politik Korea yang penuh gejolak—terutama Pemberontakan Gwangju 1980— sehingga membentuk banyak tema dalam karya-karyanya. Kecenderungan Han untuk mengeksplorasi trauma dan ketidakadilan sejarah menjadi ciri khas dari karya-karyanya yang secara konsisten mengangkat isu-isu penderitaan manusia, baik pada tingkat individu maupun kolektif.
Han Kang mulai menulis prosa panjang di pertengahan 1990-an. Dari sini, karyanya terus mendapatkan perhatian pembaca di Korea Selatan hingga akhirnya ia mendapat pengakuan di panggung internasional dengan novel The Vegetarian (2007). Novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Deborah Smith pada 2015. Terjemahan ini kemudian menjadi titik awal dalam karier Han Kang yang membawanya menuju panggung internasional dan berkontribusi dalam memenangkan International Booker Prize pada 2016.
Karya-karya fenomenal
The Vegetarian (2007) merupakan salah satu novel Han Kang yang paling terkenal, memenangkan International Booker Prize pada 2016 lalu. Novel ini mengisahkan seorang wanita yang, setelah mengalami mimpi buruk yang mengerikan tentang kekejaman manusia, memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang vegetarian dalam upaya untuk menghindari kekerasan. Namun, keputusannya ini menyebabkan perpecahan dalam keluarganya dan membawa konsekuensi psikologis yang mendalam. The Vegetarian dipuji karena gaya prosa Han yang puitis namun tajam, serta caranya yang unik dalam mengeksplorasi tema trauma, kontrol atas tubuh, dan resistensi.
ISBN-13: 9781803510057
Karya yang tak kalah penting adalah Human Acts (2014). Novel ini merujuk pada salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Korea Selatan, Pemberontakan Gwangju 1980 yang mengakibatkan lebih dari 100 warga sipil terbunuh. Novel ini menggambarkan trauma akibat menyaksikan kekejaman tersebut dan dampak yang berkelanjutan pada generasi berikutnya. Han Kang berhasil mengeksplorasi hubungan antara kehidupan dan kematian dengan cara yang mendalam dan reflektif, sehingga karyanya menjadi sorotan dalam diskusi internasional tentang trauma kolektif dan dampaknya.
ISBN-13: 9781101906729
Sastra menyingkap realitas di balik penderitaan manusia
Dengan kemenangan ini, Han Kang diharapkan akan terus memberikan kontribusi besar dalam dunia sastra global. Karyanya yang selalu menggali isu-isu mendalam tentang kemanusiaan, trauma, dan kerapuhan hidup manusia akan terus menarik perhatian pembaca di seluruh dunia. Nobel Sastra ini tidak hanya menegaskan bakat Han Kang, tetapi juga memberikan harapan bahwa literatur dapat menjadi sarana penting untuk memulihkan luka sejarah dan memberikan penghiburan di tengah penderitaan
Ke depannya, para penggemar, khususnya Perimin sendiri berharap Han Kang akan terus mengeksplorasi tema-tema baru dan melanjutkan eksperimen sastranya. Kemenangannya ini membuka peluang baru bagi Han untuk menjangkau lebih banyak pembaca dan memberikan dampak yang lebih luas di dunia sastra. Dengan penghargaan ini, Han Kang telah membuktikan bahwa karya sastra mampu menyingkap realitas tersembunyi yang ada di balik trauma dan penderitaan manusia.
***
Jika Bibliobesties ingin menyimak informasi-informasi seputar literasi lainnya, temukan di sini!