Di era digital ini, kemudahan akses informasi dan pembelian buku semakin terbuka lebar. Namun, hal ini juga membuka celah bagi peredaran buku bajakan yang kian marak di pasaran. Meskipun menawarkan harga yang lebih murah, buku bajakan memiliki kualitas yang jauh berbeda dengan buku orisinal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara buku bajakan dan orisinal agar terhindar dari kerugian dan mendapatkan pengalaman membaca yang maksimal.
Dalam dunia penerbitan, perbedaan antara buku orisinal dan buku bajakan tidak hanya terletak pada isinya, tetapi juga pada berbagai aspek fisik dan teknisnya. Mulai dari sampul hingga isi, setiap elemen memiliki ciri khas yang membedakan kualitas antara keduanya. Secara khusus, dalam tulisan ini Perimin akan membahas secara mendetail mengenai perbedaan antara buku orisinal dan buku bajakan. Dimulai dari aspek visual, seperti sampul, isi buku, dan detail lain seperti penjilidan dan identitas buku. Selain itu, Perimin juga akan membahas beberapa informasi tambahan tentang buku impor, seperti reprint, new edition, Indian copy, dan standar FSC. Perimin berharap tulisan ini dapat membantu Bibliobesties sekalian dalam memilih dan membeli buku dengan tepat.
Sampul Buku
1. Nama pengarang dan Judul
Nama pengarang dan judul buku biasanya dicetak dengan teknik cetakan yang khas, misalnya menggunakan finishing menggunakan laminasi doff atau glossy, hot print, emboss atau deboss, hingga spot UV. Finishing seperti hot print, emboss atau deboss, hingga spot UV yang digunakan biasanya difokuskan ke nama pengarang dan judul buku. Sampul buku bajakan biasanya tidak menggunakan finishing sebagus dan semenarik buku orisinal. Biasanya, sampul buku bajakan di-finishing terlalu mengilap atau justru terlalu buram.
2. Sampul buku
Sampul buku memang dibuat paling menarik, sehingga para penerbit akan memastikan tidak ada kesalahan apa pun di sana. Buku bajakan sering kali tidak memerhatikan hal-hal mendetail, sehingga bisa terjadi kesalahan ketik. Bahkan, kesalahan pengetikan ini terjadi di halaman sampul muka atau belakang.
3. Tata letak sampul
Tata letak sampul juga akan dibuat sangat menarik dan rapi. Sampul muka adalah wajah buku. Selain mencerminkan isi buku, sampul adalah hal pertama yang dilihat oleh calon pembacanya. Oleh karena itu, penerbit akan melakukan penataan letak di sampul buku sebaik dan semenarik mungkin.
4. Kertas sampul lebih tebal
Sampul buku sebenarnya memiliki beberapa fungsi. Sudah jelas bahwa sampul buku dibuat untuk menarik perhatian calon pembaca. Namun demikian, sampul buku memiliki fungsi lain, yaitu untuk melindungi buku. Karena memiliki fungsi sebagai pelindung buku, kertas sampul buku menggunakan kertas yang lebih tebal daripada kertas isi buku.
Isi Buku
1. Warna kertas
Secara umum, ada tiga tipe kertas yang biasanya digunakan penerbit (internasional) untuk mencetak buku. Ketiga tipe kertas itu adalah white paper, cream paper, dan book-cream/groundwood paper. Buku orisinal menggunakan pilihan kertas dengan kualitas terbaik. Buku bajakan tidak jarang menggunakan kertas yang tidak konsisten jenisnya. Kualitas kertas buku bajakan biasanya juga terbilang rendah atau sangat rendah. Hal ini tentu berakibat pada tingkat keterbacaan aksara dan kejelasan gambar, foto, atau ilustrasi.
2. Tinta
Di dalam buku bajakan, sering kali kita menemukan tinta cetak yang tidak rapi, bernoda, dan kotor. Noda tinta yang tidak rapi dalam buku bajakan akan membuat tulisan yang ada di dalam lembar-lembar halaman buku menjadi tidak terbaca. Ada banyak faktor yang berperan di sini, misalnya kualitas kertas, kualitas tinta, kualitas mesin cetak, tidak adanya kontrol kualitas, dan sebagainya.
3. Halaman daftar isi dan nomor halaman
Ada banyak buku-buku bajakan yang dicetak dari situs bajakan yang diunduh di internet. Buku digital tersebut umumnya memiliki tata letak yang jauh berbeda dari buku orisinal versi cetaknya. Dua komponen dasar yang paling menyolok dari buku bajakan dan buku orisinal adalah halaman daftar isi dan nomor halaman. Buku bajakan yang diunduh dari internet memiliki halaman daftar isi yang berbeda, karena halaman buku versi elektronik tidak didesain sama dengan buku versi cetaknya. Ukuran dan jenis huruf dalam buku elektronik dapat dikustomisasi sehingga lembar-lembar halamannya tidak ajek. Inilah yang menyebabkan buku bajakan dari situs bajakan tidak memiliki nomor halaman. Jika buku bajakan dijadikan sumber rujukan dalam penulisan akademis, akan menyulitkan saat mengutip kutipan karena tidak adanya nomor halaman.
4. Margin halaman
Selain berpengaruh pada nomor halaman, buku bajakan yang diunduh dari situs bajakan tidak memiliki margin halaman yang rapi. Margin halaman buku bajakan yang tidak rapi tidak jarang menyulitkan pembaca, karena pemenggalan kata atau frasa yang dirasa mengganggu.
5. Halaman promosi
Dalam buku versi orisinal, kita dapat menemukan beberapa lembar halaman yang digunakan untuk mempromosikan buku-buku lain, terutama jika buku itu adalah karya pengarang yang sama. Sementara itu, buku bajakan sering kali tidak menyertakan halaman promosi seperti ini.
Beberapa detail lain yang bisa diperhatikan:
1. Penjilidan
Secara umum, buku-buku yang dijual dijilid dengan lem kertas yang dipanaskan. Istilah khusus untuk teknik penjilidan ini adalah perfect binding (jilid sempurna). Kualitas penjilidan ini juga bisa dijadikan indikator apakah sebuah buku adalah buku bajakan atau buku orisinal. Cara mengecek kualitas penjilidan adalah dengan membuka lebar halaman buku di bagian tengah. Buku yang dijilid sempurna tidak menampakkan rongga. Halaman kanan dan kiri yang dijilid dengan baik akan terlihat seperti garis lurus yang rapat.
2. Punggung buku
Punggung buku buku bajakan biasanya memiliki kerutan-kerutan. Hal ini terkait dengan proses finishing buku. Proses pengerjaan buku orisinal dilakukan dengan hati-hati dan ketelitian tinggi. Hal ini membuat buku orisinal memiliki kondisi yang prima.
3. Identitas Buku (logo penerbit, judul buku, dan nama penulis)
Sekali lagi, buku-buku bajakan diproduksi dengan tidak memerhatikan detail-detail. Tidak jarang judul buku, nama penulis, bahkan logo penerbit yang tertera di halaman sampul maupun isi buku ditulis tidak sesuai standar buku aslinya. Jenis huruf dan tampilan identitas—seperti logo penerbit, judul buku, dan nama penulis—buku bajakan bisa jadi terlihat asal-asalan.
4. Kode ISBN
International Standard Book Number yang lebih akrab dikenal dengan ISBN adalah kode yang digunakan untuk mengidentifikasi buku secara unik. Unik di sini berarti setiap buku memiliki kode yang berbeda satu dengan yang lainnya. ISBN ini adalah deretan 13 digit angka yang di dalamnya terdapat informasi tentang judul, penerbit, dan cakupan kelompok penerbit. ISBN ini diberikan oleh Badan Internasional ISBN yang ada di London. Nah, buku bajakan sering kali tidak mencantumkan kode ISBN yang terletak di sampul belakang buku. Buku bajakan versi digital yang diunduh dari sumber di internet jarang yang mengunggah sampul belakang buku.
Informasi tambahan tentang buku impor:
1. Reprint
Selain buku orisinal, dalam dunia buku impor, dikenal pula buku cetak ulang atau edisi reprint. Edisi reprint ini merujuk pada situasi ketika buku orisinal dicetak lebih banyak lagi tanpa mengalami perubahan yang bersifat substansial. Namun demikian, pada edisi reprint ini, penerbit bisa melakukan koreksi. Misalnya, ada perbaikan kesalahan ketikan.
2. New edition
Jika buku reprint hanya mendapatkan perubahan yang tidak substansial, buku new edition mengalami perubahan yang substansial. Di dalamnya, bisa jadi terdapat penambahan dalam isi buku, seperti kata pengantar dari tokoh tertentu, lampiran di akhir buku, atau konten tambahan. Konten buku new edition bisa jadi direvisi oleh penulisnya sendiri. Selain itu, sampul muka dan keseluruhan buku bisa didesain ulang oleh penerbit. Hal-hal ini bisa membuat pembaca buku merasa bahwa buku yang dibelinya tidak seperti yang dia harapkan.
3. Indian copy
Dalam industri penerbitan, praktik penjualan buku dengan embargo berdasarkan wilayah tertentu adalah hal yang wajar. Misalnya saja, ada buku yang memiliki label “Special Indian edition” atau “For sale in Indian continent only”. Meskipun praktik ini lebih banyak terjadi untuk buku-buku akademik (academic books), namun tidak jarang terjadi juga untuk buku-buku bacaan (trade books). Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan antara lain adalah perkara harga dan nilai tukar mata uang. Buku yang dicetak untuk wilayah tertentu biasanya memiliki harga jual jauh lebih rendah dan tidak terpengaruh oleh nilai tukar mata uang daripada edisi internasionalnya. Faktor lain yang diperhitungkan adalah kebutuhan konten khusus yang disesuaikan dengan kurikulum atau persyaratan akademik lokal. Mempertimbangkan dua faktor di atas, buku edisi khusus wilayah tertentu memiliki perbedaan dalam kualitas kertas, penjilidan, bahkan konten, jika membandingkannya dengan edisi internasional. Selain itu, buku edisi khusus ini memiliki perjanjian distribusi yang tidak seluas edisi internasional. Ada kewajiban tertentu yang didasarkan pada undang-undang hak cipta, kewajiban kontrak, atau pertimbangan huku lain yang membuat buku tersebut hanya bisa dan wajib dipasarkan di wilayah tertentu.
4. Standar FSC
Di bagian informasi buku, biasanya buku-buku impor mencantumkan sertifikasi dari Forest Stewardship Council (FSC). FSC sendiri adalah organisasi non-pemerintah yang cakupannya internasional dan mendedikasikan diri untuk mendorong pengeloaan hutan secara bertanggung jawab. Sistem sertifikasi yang dibuat oleh FSC memungkinkan dunia usaha untuk memilih kayu, kertas, dan produk hasil hutan lainnya dengan mempertimbangkan keberlangsungan hutan dalam jangka pajang.
***
Nah, sekian sedikit ilmu yang bisa Perimin sampaikan mengenai perbedaan antara buku bajakan dan orisinal. Membeli buku bajakan akan sangat merugikan penulis dan penerbit, sebab mereka tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan buku bajakan. Hal ini tentu akan menghambat para penulis atau penerbit untuk terus berkarya dan menerbitkan buku-buku baru. Untuk itu, mari beli buku-orisinal dan katakana stop pada pembajakan buku.
Jika Bibliobesties ingin membaca ulasan lainnya, temukan di sini!