Rumahku (barangkali juga menjadi) Sekolahku

0
Share

“Ayah, kapan kita menginap di rumah Eyang Kakung lagi?” Seorang teman menirukan anaknya yang kerap menagih janji. Pasalnya, selama pandemi ini dia sama sekali belum bertemu lagi dengan kakeknya dan juga sepupunya yang tinggal di desa di Jawa Tengah. Sudah banyak alasan pernah dipergunakan untuk menunda kunjungan ke rumah kakek. Konon, Eyang Putri sudah berpulang 3 bulan sebelum anak itu lahir.

Selama pandemi ini mereka bertemu virtual melalui Whatsapp video call saja. Itu pun kalau pas ada sinyal bagus di rumah Eyang. Namun video call tetap tidak bisa menggantikan pengalaman langsung. Seperti pas liburan Lebaran tahun 2019, dia mau bermain bola lagi di sawah berlumpur bersama sepupu dan teman-temannya. Dia ingin mencari kepiting untuk makanan bebek di sungai kecil sebelah rumah kakek. Aneh tapi nyata, dia suka sekali aroma daun kelapa kering yang dibakar bersama sampah di pekarangan luas rumah kakeknya; juga aroma unik “udut tingwe” (rokok racikan tangan sendiri) dari kakeknya.

Pengalaman sepuluh hari tinggal di desa kakek masih begitu membekas di hatinya. Meski lahir di Jakarta, dia merasa punya ‘kampung halaman’. Belakangan ini dia merindukannya. Dia merasa kerasan alias at home di sana.

House vs. Home

Dalam Bahasa Inggris ada kata “house” dan “home” yang maknanya berhubungan dengan rumah. Menurut Collins Dictionary, ada sederet definisi mengenai kata “house”. Salah satunya merujuk pada bangunin fisik: “A house is a building in which people live, usually the people belonging to one family.”

Meskipun dalam beberapa konteks arti kata “home” juga sama dengan arti kata “house” di atas, Collins Dictionary juga menerangkan bahwa “You can use home to refer in a general way to the house, town, or country where someone lives now or where they were born, often to emphasize that they feel they belong in that place.” Ada tekanan pada rasa sebagai ‘bagian dari sesuatu’ (sense of belonging), atau tempat di mana orang merasa kerasan (at home).

Idealnya, house (bangunan rumah) juga menjadi home bagi setiap penghuninya. Ada suasana yang membuat orang merasa aman, nyaman dan kerasan. Meski tidak setiap house bisa menjadi home; tetapi ketika ada kata home maka ada bangunan fisik (house) yang dikaitkan.

Selama pandemi ini, sejauh mana house semakin menjadi home buat anak-anak kita? Selama masa pembelajaran daring (dalam jaringan), apakah rumah kita juga sekaligus telah menjadi sekolah bagi mereka? Atau bagaimana?

Collins Big Cat Writing Competition 2022

Seperti tahun-tahun sebelumnya Collins Big Cat menggelar kompetisi tahunan, yaitu Writing Competition. Kali ini  waktu pengiriman naskah diperpanjang mulai dari 1 November 2021 hingga 30 April 2022. Ini dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup leluasa bagi sekolah-sekolah di Belahan Bumi Selatan untuk mengirimkan hasil karangan kreatif mereka.

Tema kompetisi kali ini adalah “What does home mean to you?” (Apa maknanya rumah bagimu?) Dengan pertanyaan pancingan ini anak-anak memeroleh ruang yang bebas-merdeka untuk menggambarkan di mana mereka tinggal dan apa saja yang selama pandemi ini telah berkembang di/dari rumah tersebut. Singkatnya, tafsiran bebas anak atas “home” akan sangat diapresiasi.

Ada dua juri yang sangat terkenal tahun ini. Mereka adalah Joanne Owen dan Anne Fine. Joanne adalah penulis How to Write Awesome Stories; sedangkan adalah Anne penulis buku anak yang terkenal. Anne merupakan penulis buku Big Cat yang terbaru: Scared of a Rainbow (yang baru akan tersedia di pasaran pada akhir Maret 2022).

Proses pendaftaran telah dibuat menjadi lebih mudah. Semua sudah terintegrasi ke dalam laman yang sama. Untuk informasi lebih lengkap silakan klik: Collins Big Cat Writing Competition 2022

Guru dapat mengirimkan cerita murid-murid mereka secara online dengan mengunggah file tersebut, mengisi formulir dan mencentang kotak untuk mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima persetujuan dari Orangtua/Wali Murid untuk mengirimkan karangan dari anak mereka.  

Mereka juga perlu memasukkan beberapa isian informasi untuk setiap karangan yang dikirim. Karena sistem hanya mengizinkan 1 (satu) unggahan saja pada satu waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa satu sekolah hanya bisa mengirimkan 4 (empat) entri (dua buah untuk masing-masing kategori usia).

Silakan memergunakan formulir online yang telah disediakan pada laman yang tersedia. Baru kalau ada masalah serius terkait pengiriman, mereka dapat menghubungi pihak Collins atau Periplus untuk bantuan.

Ada Rencana-Pelajaran serta Lembar-Kerja yang dapat diunduh untuk membantu sekolah memulai mengadakan kompetisi internal di sekolah/kelas.

Kesempatan untuk Ber-refleksi

Kalau anak dari teman saya tadi mengikuti Collins Big Cat Competition Writing 2022 di atas, boleh jadi dia akan berkisah mengenai ‘kampung halaman’ yang sangat memorable baginya. Lebih dari sekedar tempat atau bangunan fisik, dia merasa terhubung dengan suasana di pedesaan yang membuatnya kerasan. Mungkin dia akan banyak bercerita tentang eksplorasi fisik yang dia sukai.

Tentu saja setiap anak memiliki pengalaman yang unik berkaitan dengan konsep “home”. Pertanyaan pancingan dari Collins Big Cat menjadi kesempatan kita untuk turut mendampingi anak-anak melakukan refleksi atas pengalaman konkrit mereka selama pandemi ini: “What does home mean to you?”

Ber-refleksi sendiri sudah merupakan kegiatan positip. Bayangkan, refleksi tertulis tersebut Anda kirimkan ke Collins Big Cat dan menang! Karangannya akan dibacakan oleh penulis kelas dunia dan akan diakses pembaca di seluruh dunia. Sebagai yang mendampingi, bagaimana perasaan Anda?

Selain Collins Big Cat Writing Competition, Collins juga turut menaruh perhatian pada kualitas pendidikan. Pada bulan ini, akan diadakan Onlinar (online webinar) Collins Day 2021 dengan tema: Be Open Minded, Stay Relevant. Untuk informasi selengkapnya, silakan klik di sini.