Puluhan tahun sebelum Tom Marvolo Riddle menguncang persilatan di dalam Wizarding World, Gellert Grindelwald, dalam Fantastic Beasts and Where Find Them, terlebih dahulu hadir dengan pesan yang jelas: “Penyihir tidak perlu bersembunyi dari manusia!” Baik Voldemort pun juga Grindewald, keduanya dipotret selaku antagonis yang nampak jahat, licik, tega, dan kejam. Bagi para Potterhead, tentunya alasan di balik Voldemort menjadi sosok antagonis terkait dengan pengalaman masa kecil Tom Riddle yang traumatik, ‘dijauhi’, dan kesepian. Seandainya waktu itu, konsep dan praktik healing sudah viral dan ngetrend, bisa jadi tidak perlu ada pertempuran sengit di antara dua kutub dalam Wizarding World.
Jika menelusuri dengan seksama buku ke-7, Harry Potter dan Relikui Kematian, keputusan demi keputusan yang diambil oleh Tom Riddle untuk menjadi karakter Voldermort awalnya nampak manusiawi. Terlahir dari darah keluarga penyihir dengan kecerdasan akademis yang jauh di atas rata-rata, plus naluri kuriositas yang sedemikian melekat mendorongnya ingin memiliki kekuatan yang lebih besar – dan abadi! Di sinilah, bakat atau anugerah menjadi awal mula bencana.
Kurang lebih, sama dengan Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore dan Gellert Grindelwald. Keduanya adalah penyihir dengan kecerdasan luar biasa dan tentunya berbakat. Hanya saja, dalam narasi yang dihadirkan oleh J.K. Rowling, Dumbledore dan Grinderlwald punya kelebihan lain: kecerdasan emosional dan sensitivitas afektif yang membuat keduanya bertumbuh menjadi penyihir yang ‘lebih manusiawi’ ketimbang Voldemort. Pada Harry Potter dan Batu Bertuah, nama Grindelwald sempet muncul sebagai penyihir hitam. Sayangnya tidak dijelaskan lebih lanjut atau lebih detil atribusi soal penyihir dari partai hitam ini. Lulusan sekolah sihir Drumstrang Institute terpaksa DO karena hampir menyebabkan salah satu penyihir muda lain meregangkan nyawa kala dirinya sedang mempraktikkan sebuah ilmu sihir hitam. Selepas dari DO-nya, dia bertemu dan berkawan baik dengan Dumbledore. Keduanya bertekad mencari relikui kematian untuk mengakhiri International Statute of Wizarding Secrecy yang memaksa semua penyihir menyembunyikan identitas dan kekuatannya di dunia para manusia (muggles).
Masih belum bisa dijelaskan dengan kuat alasan di balik mengapa keduanya begitu ingin melahirkan sebuah masa di mana penyihir dan manusia bisa hidup di atas prinsip ‘Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’. Dari perjanjian tersebut di atas, kerugian lebih banyak ditanggung dalam eksistensi para penyihir. Mereka harus bersembunyi. Mereka tidak boleh menggunakan kekuatan mereka seolah-oleh mereka dipaksa untuk hidup menjadi orang lain yang bukan mereka. Hubungan bromance di antara keduanya semakin memotivasi upaya untuk manifesting mimpi-mimpi mereka. Sayang, ada sebuah peristiwa yang membuat hubungan bromance ini kandas.
Reputasi Grindelwald sebagai penyihir hitam terkuat makin dikenal, terlebih setelah memicu perang dunia penyihir. Konon, perang dunia penyihir ini yang membuatnya bertemankan para Dementor dan beratapkan penjara Azkaban. Di penjara Azkaban inilah, konon, Voldemort membunuhnya dan mendapatkan tongkat Elder, salah satu dari Relikui Kematian.
Fantastic Beasts 3 and Where To Find Them: The Secrets of Dumbledore yang hadir pada April 2022 ini tentu sudah dinanti untuk mempertemukan dan memasangkan banyak kepingan puzzle narasi Wizarding World J.K. Rowling. Dengan tetap menghadirkan dua kakak beradik Newt dan Theseus Scamander, Jacob Kowalsky dan Queenie, Yusuf Kama, Credence, Abelforth, bahkan Ariana, film garapan David Yates ini akan menitikberatkan pada identitas dan karakter Albus Dumbledore sendiri sebagai penyihir terkuat di dalam Wizarding World. Dumbledore mengutus Newt dan Laskar Dumbledore ‘bacth 1’-nya untuk menghentikan upaya Grindelwald memusnahkan peradaban umat muggles. Namun, di tengah-tengah aksi laskar batch 1 ini, justru terbongkarlah sebuah rahasia gelap … Fantastic Beasts edisi Rahasia Dumbledore.