Sembilan Pilihan Novel Asia Timur Jauh

0
Share
Sembilan Pilihan Novel Novelis Asia Timur Jauh

Hai Bibliobesties, kali ini Perimin hendak membagikan sembilan pihan novel Asia Timur Jauh. Novel, sebagai sebuah model penceritaan, sebenarnya berakar pada kata dari bahasa Latin, novus. Kata novus sendiri berarti “baru” padanan dalam bahasa Inggrisnya, new. Dalam perjalanan sejarah, kata ini lalu diserap ke dalam bahasa Italia dan bentuknya berubah menjadi novello. Artinya masih sama: “baru.” Karena pengaruh kebutuhan manusia akan cerita, kata novello dilekati kata storia. Kata yang tadinya berakar pada kata novus dalam bahasa Latin berubah menjadi frasa novella storia dalam bahasa Italia, yang artinya: “kisah yang baru.”

Selanjutnya, sejak awal abad ke-16, frasa dalam bahasa Italia itu diserap dalam bahasa Prancis tua menjadi nuvele dan dalam bahasa Inggris menjadi novel. Satu paragraf di atas menggambarkan betapa perkembangan sebuah kata itu bergulir dalam proses pemaknaan. Manusia selalu membutuhkan kebaruan, utamanya kisah-kisah atau kabar-kabar baru: novel.

Kata pemikir Yunani Kuno, asas seni adalah tiruan dari kehidupan itu sendiri. Kerja-kerja para seniman, maka menjadi jelas: meniru kehidupan. Namun, tiruan atas kehidupan justru tidak lain adalah sebuah penciptaan baru. Inilah yang rasanya menjadi kebutuhan dasar dalam hidup manusia—ia selalu ingin kebaruan dalam hidup. Dengan kesadaran ini, maka bisa kita tarik dugaan bahwa membaca dan meresapi novel tidak lain adalah soal membaca dan meresapi kehidupan itu sendiri.

Kali ini, Perimin ingin mengajak para Bibliobesties untuk meresapi kedidupan dari sudut pandang para novelis dari Asia Timur Jauh. Tentu saja, Perimin tidak ingin memberi cap pada para novelis Asia Timur Jauh dan membatasi diri pada persoalan tertentu yang mereka hadapi menjadi satu benang merah khusus. Penggolongan ini semata-mata hendak menyempitkan pilihan novelis pada wilayah geografis demi kepraktisan.  Nah, pada kesempatan ini Perimin mencoba memilah dan memilih sembilan novel dari novelis Asia Timur Jauh. Yuk, mari!

1. The Joy Luck Club

Amy Tan menghadirkan dua paket perempuan, empat orang ibu dan empat orang anak. Struktur ini sengaja dipilih untuk mengikat tokoh-tokoh dalam novel ini sebagai benang merah, yakni permainan mahyong. Permainan ini memang membutuhkan empat orang untuk bermain. Tan dengan tandas menggambarkan hubungan ibu dan anak perempuan, dengan segala pergolakan dan pertentangan hati yang saling mengait. Ketercerabutan dan kegetiran hidup memang menjadi bingkai novel ini, sambil disandingkan dengan keriaan yang timbul berkat permainan mahyong.

2. Kitchen

Kitchen adalah soal eksplorasi kefanaan hidup manusia. Kisah ini berawal dari kematian nenek Mikagi Sakurai. Mikagi memang hidup berdua dengan neneknya. Melewati masa berkabung, Mikagi menyetujui tawaran yuniornya di kampus, Yuichi Tanabe, untuk tinggal bersama ibunya yang seorang transgender, Eriko. Tiga orang yang membentuk “keluarga tambal sulam” ini menyampirkan kegetiran hidup mereka melalui dapur dan keinyamanan rumah sebagai sebuah perayaan sederhana.

3. Human Acts

Novelis yang pada 2016 ini menyabet International Man Booker Price untuk karya fiksi melalui The Vegetarian ini, hadir melalui kisah sejarah pergolakan politik yang menerpa negerinya dalam Human Acts. Pada bagian awal, pembaca akan dibawa pada rentang waktu 1979—1980, akhir kediktatoran militer di Korea Selatan yang dipimpin oleh Presiden Park Chung-hee. Kematian sang diktator membawa kerusuhan sipil dan masa darurat militer. Kang dengan gemilang menggambarkan dampak mengerikan kekerasan yang melanda negerinya dalam empat dekade, dari 1980-an hingga 2010-an.

4. The Makioka Sisters

Apa jadinya jika sebuah keluarga aristokrat terbangun atas empat orang saudari dan sedang mengalami kemunduran? Inilah kisah empat saudari Makioka, yaitu Tsuruko, Sachiko, Yukiko, dan Taeko yang hidup pada periode sebelum Perang Dunia II, antara 1936—1941. Tanizaki dalam karya ini menghadirkan kisah penceritaan yang lambat namun mendetail tentang hal sehari-hari yang dialami oleh keempat saudari yang masing-masing memiliki corak kepribadian yang unik. Selain itu, karya ini adalah potret kesedihan yang tidak tanggung-tanggung tentang sebuah masyarakat yang tergelincir masuk pada pusaran modernitas.

5. The Three-Body Problem

Liu Cixin menghadirkan novel fiksi ilmiah yang unik. Berlatar belakang Revolusi Kebudayaan Tiongkok, tersebutlah sebuah proyek militer yang mencoba berkontak dengan makhluk luar angkasa. Peradaban makhluk luar angkasa yang tengah berada di ambang kehancuran menyambut sinyal yang dikirim Bumi. Sementara, empat puluh tahun kemudian sepasang peneliti dan polisi menyingkap sebuah permainan realitas virtual yang sangat canggih, “Three Body,” yang dilangsungkan di sebuah planet dengan situasi tak pernah terduga.

6. Breasts and Eggs

Lewat Breasts and Eggs, Mieko Kawakami seolah mengajukan gugatan, sekaligus merangsek pada gagasan tentang tubuh melalui sepasang metafora: payudara dan telur. Buku yang tersusun dari dua novela yang tetap memelihara pergulatan hidup tiga tokohnya—ketiganya wanita—berdinamika dengan persoalan kontemporer para wanita Negeri Matahari Terbit. Novel yang intim ini mengungkap kerinduan sekaligus ketakberdayaan wanita di zaman yang menggelinding begitu saja, entah ke mana.

7. The Woman in the Dunes

Kisah yang berpusat pada sepenggal dari episode hidup Niki Jumpei, seorang ahli serangga sekaligus guru. Ia tertinggal bus saat meneliti serangga di sebuah gundukan bukit pasir. Pertemuannya dengan seorang wanita yang tinggal di bukit pasir membuat Jumpei menerobos keyakinannya sebagai ilmuwan yang mengedepankan rasionalitas. Kepada kita, melalui ketokohan Jumpei, disodorkan permenungan-permenungan tentang hidup, hubungan, sifat-sifat dasar manusia, hingga persoalan tentang makna keberadaan manusia di dunia.

8. The Little House

The Little House mengambil latar waktu dari 1930 hingga akhir Perang Dunia II dan berkisah tentang apa yang terjadi di sebuah rumah bergaya Eropa dengan atap berwarna merah di pinggiran Tokyo. Para penghuni rumah menjadi saksi bagaimana Perang Pasifik pecah dan membatasi kehidupan mereka hanya berkutat di rumah kecil itu. Dinamika dan realitas perang dikisahkan dari sudut pandang Taki, pelayan keluarga Hirai, si empunya rumah kecil itu. Inilah kisah tentang bagaimana perang telah berhasil menginterupsi kenormalan hidup manusia.

9. Almond

Pernahkah kita menyadari bahwa tubuh manusia adalah mekanisme yang luar biasa mengagumkan, namun juga ruwet. Yunjae terlahir dengan kondisi yang disebut Alexithymia, sehingga ia kesulitan mengekspresikan emosi seperti ketakutan atau kemarahan. Menyadari bahwa anaknya hidup tanpa sepasang kelenjar seperti kacang almon yang mengontrol ketakutan dan kemarahan, ibu Yunjae membuat rumah mereka sebagai tempat yang aman. Masalah terjadi saat Yunjae berulang tahun keenam belas, saat ia kehilangan hampir segalanya dalam hidup. Namun demikian, pertemuan Yunjae dengan Gon, kawan sekelas yang penuh masalah, membuka babak baru dalam hidupnya.

***

Nah, demikianlah rekomendasi novel para penulis Asia Timur Jauh dari Perimin.  Semoga, rekomendasi buku-buku ini bisa membantu Bibliobesties semua menyelami hidup. Sebab, dunia tanpa kisah-kisah novel rasanya seperti buku wajib sekolah orang tua kita: kuno dan kurang relevan.

Jika Bibliobesties ingin membaca Rekomendasyik lainnya, temukan di sini.

Salam!