Jika Bibliobesties sekalian orang yang menggandrungi karya-karya Murakami, adalah sebuah kepastian bahwa kalian akan jatuh hati pada buku ini. Haruki Murakami Manga Stories 1 adalah manga yang diadaptasi dari cerita pendek penulis sastra paling terkenal di Jepang, Haruki Murakami. Di dalamnya terdapat empat cerita pendek yang diilustrasikan oleh PMGL, di antaranya ada (1) Super-Frog Saves Tokyo, (2) Where I’m Likely to Find It, (3) Birthday Girl, (4) The Sevent Man.
Seperti yang kita kenal dalam karya-karyanya, terlihat jelas kisah-kisah dalam buku ini memiliki unsur fantasi realisme, antara imajinasi dan kehidupan nyata bercampur jadi satu. Ini bisa kita lihat pada cerita Super-Frog Saves Tokyo. Ada juga misteri antara mana yang benar-benar terjadi atau hanya sekedar mimpi, ini bisa lihat pada cerita Birthday Girl. Lebih dari itu, dalam buku ini terdapat gaya kontemplasi sastra kental yang bisa kita lihat pada cerita Where I’m Likely to Find It dan The Sevent Man.
Nah, pada kesempatan kali ini Perimin hendak mengulas buku Haruki Murakami Manga Stories 1. Ulasan buku ini akan Perimin bagi menjadi empat bagian berdasarkan tiap cerita. Bagian pertama ulasan buku ini, akan perimin mulai dari cerita Super-Frog Saves Tokyo. Tanpa berlama-lama, yuk simak lebih dalam.
Tentang cerpen Super-Frog Saves Tokyo
Cerpen “Super-Frog Saves Tokyo” pertama kali terbit pada 1999. Murakami membuat cantolan konteks cerpen ini pada Gempa Besar Hanshin-Awaji yang dikenal dengan gempa Kobe pada 17 Januari 1995, pukul 05:46 pagi waktu setempat. Gempa yang tercatat sebesar 7,3 pada skala Richter ini menelan hampir 6500 korban jiwa dan membuat lebih dari 45 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Dunia yang dibangun oleh Murakami dalam “Super-Frog Saves Tokyo” terjadi dalam periode Februari 1995, sebulan setelah bencana gempa Kobe terjadi. Dalam dunia Murakami, kemungkinan korban jiwa gempa Tokyo yang hendak dicegah sang katak, dengan bantuan Katagiri, lebih dari 20 kali lipat dari gempa Kobe. Sungguh mengerikan!
Cerpen “Super-Frog Saves Tokyo” sendiri sesungguhnya pernah diterbitkan dalam bunga rampai after the quake—Murakami sendiri yang meminta agar judul kumpulan cerpen ini ditulis dengan huruf kecil—yang terbit pada 2000 dalam bahasa Jepang dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada 2002.
Cacing dan katak raksasa
Apa rasanya jika tiba-tiba muncul seekor katak raksasa yang bisa bicara? Si katak raksasa tinggi menjulang, lebih dari 183 cm. Tidak hanya itu, dia minta bantuan kita untuk menyelamatkan orang dari bencana gempa bumi yang bakal memakan banyak korban! Dan, itulah yang terjadi dalam hidup Katagiri.
Sungguh tidak biasa apa yang terjadi dalam hidup Katagiri. Ia pria empat puluhan tahun, dengan tubuh ceking—tingginya paling-paling hanya 160 cm, dan rambut yang mulai menipis. Katagiri tak menikah dan tak punya anak. Ia tipe orang yang selalu canggung dalam lingkaran sosialnya. Ia punya sedikit keluarga, namun temannya jauh lebih sedikit lagi. Katagiri adalah alien yang akrab dengan keterasingan.
Namun demikian, si katak melihat kualitas-kualitas lain dalam diri Katagiri. Si katak percaya bahwa kualitas-kualitas itulah yang akan membantunya melawan cacing raksasa yang akan menimbulkan gempa bumi mahadahsyat yang akan menerjang Tokyo pada 18 Februari 1995 pukul 8 pagi! Katagiri punya nyali. Karena, sebagai bagian penagihan pada Security Trust Bank di Tokyo, Katagiri sudah terbiasa berhadapan dengan para pemimjam dana dari bank tempatnya bekerja. Tidak jarang, Katagiri seolah harus masuk sarang singa. Meskipun membahayakan diri dalam pekerjaan, kerabat kerja maupun keluarganya tidak memberikan penghargaan yang pantas kepada Katagiri.
Bagi si katak, keberanian yang dimiliki Katagiri menumbuhkan rasa hormat. Kualitas inilah yang dibutuhkan si katak saat berhadapan dengan cacing raksasa yang akan meluluhlantakkan Tokyo. Hanya orang seperti Katagiri yang dapat menyelamatkan Tokyo.
“Dan, demi orang-orang seperti engkau, aku coba menyelamatkan Tokyo,” tukas si katak.
Perayaan atas orang-orang biasa
Pada bagian awal cerpen ini, terlihat kekaguman Murakami pada Kafka. Adegan Katagiri menemukan katak raksasa di apartemennya serupa dengan pembukaan karya besar Kafka, The Metamorphosis.
Murakami mencoba merayakan kehadiran orang-orang biasa yang harus mengorbankan cukup banyak hal dalam hidup, tanpa mendapat apresiasi yang layak. Murakami menempatkan penghargaan pada orang-orang seperti Katagiri pada mulut si katak. Si katak melihat Katagiri sebagai orang yang termotivasi pada tanggung jawab dan pengabdian, tanpa mengharapkan pujian datang kepadanya. Kualitas inilah yang dibutuhkan si katak untuk melawan cacing tanah yang berpotensi menghancurkan Tokyo.
Selain mencoba merayakan “pencapaian” orang-orang biasa, “Super-Frog Saves Tokyo” pun hendak berkisah tenang betapa kehidupan manusia tidak stabil. Gempa Besar Hanshin-Awaji sendiri menggambarkan hal itu. Manusia, alam, dan dunia selalu ada dalam kerentanan dan ancaman. Namun demikian, rasanya kita memerlukan sedikit heroisme dengan kadar yang tepat. Maka, si katak menyebut dan meminta Katagiri membaca Nietzsche, Tolstoy, dan Hemingway yang bicara soal kepahlawanan, namun bukan dalam bungkus kepongahan. Ketiga penulis dan pemikir itu justru menemukan bahwa heroisme dan kerentanan justru layaknya sekeping mata uang dengan dua sisi berbeda. Pada akhirnya, cerpen ini ditutup dengan si katak yang menyelamatkan dua hal: Tokyo dan jiwa Katagiri sendiri.
***
Jika Biblibesties hendak membaca bagian kedua dari ulasan buku Murakami Manga Stories, temukan di sini!