Rekomendasyik Buku Memahami Lini Masa Manusia

0
Share
Lini masa manusia

Manusia tentunya niscaya hadir dalam dimensi ruang dan waktu. Bicara soal ruang, lebih mudah bagi Perimin untuk memahaminya ‘secara’ (kata sambung macam apa ini?!) salah satu ciri manusia sebagai mahkluk hidup, yaitu bergerak dan berpindah. Mudah memang, memahami pergerakan dan perpindahan manusia ini pasti dalam konteks ruang.

Pertanyaannya, apakah mudah membayangkan posisi manusia dalam dimensi waktu: dulu, saat ini, dan nanti?! Dalam kasus ini, perlu koreksi dan daya kritis yang benar-benar dalam. Sebab, narasi sejarah yang melibatkan dimensi waktu, dituliskan dalam sejumlah kisah, jurnal, bahkan sesederhana catatan harian di bawah bayang-bayang kekuasaan. Dia yang memiliki kuasa lah yang menentukan kisah: mana yang fakta, mana yang disajikan sebagai fakta: post-truth, misalnya.

Melalui artikel ini, Perimin rekomendasikan buku-buku terbaru terbitan 2024 ini yang merekam narasi sejarah dalam lini masa manusia dengan dimensi tambahannya, misalnya dimensi politis, termasuk dimensi seni juga. Silakan disimpan dan dibagikan kepada rekan-rekan BiblioBesties tersayang lainnya.

1. The Naked Neanderthal

Selama ini, kita menganggap “sepupu” kita, Homo neanderthal tidak lebih baik. Mereka dianggap tidak sepenuhnya manusiawi dan tidak setara dengan homo sapiens. Ludovic Slimak, seorang ahli antropologi manusia purba, menyajikan pandangan yang lebih baik tentang Homo neanderthal. “Sepupu” kita tersebut rupanya adalah manusia yang sama sekali berbeda. Oleh karenanya, tidaklah adil untuk membanding-bandingkan mereka dengan kita. Setelah melakukan penelitian dan penelusuran selama tiga puluh tahun terakhir, Naked Neanderthal menyajikan kisah petualangan yang menggugah gagasan untuk mengubah pemahaman kita akan sejarah kemanusiaan dari masa purba secara mendalam. Hal ini hanya akan membuktikan bahwa ada banyak hal yang belum kita pelajari hingga saat ini.

2. Who Are We?

Salah satu konsep paling susah untuk dipahami terkait dengan sisi kemanusiaan, baik secara personal maupun komunal, adalah soal identitas. Gary Younge, jurnalis berkebangsaan Inggris, mencoba mengeksplorasi konsep identitas dalam konteks kehidupan modern. Younge meneliti dan menemukan bahwa meskipun dalam konteks komunal, identitas dibangun atas dasar kesamaan kelompok, identitas individual masih memainkan peranan sentral membentuk pengalaman kita. Dalam Who Are We?, Younge melihat bagaimana faktor ras, gender, dan kebangsaan memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia modern, mulai dari keselamatan pribadi hingga konstelasi politik internasional. Melalui buku ini, kita ditantang untuk mampu melihat melampaui perbedaan dan mencari simpul-simpul pertemuan guna membangun masyarakat yang lebih adil.

3. Knowing What We Know

Kita, umat manusia, dewasa ini memasuki era yang mungkin tak pernah terbayang oleh nenek moyang kita yang hidup di awal milenium yang lalu. Adagium yang berlaku saat ini kurang lebih berbunyi, “Pengetahuan dalam genggaman.” Internet dan kecanggihan teknologi membuat kita tinggal klik sana-sini untuk mencari jawaban untuk pertanyaan yang muncul di benak kita. Simon Winchester kemudian mengeksplorasi bagaimana kesadaran manusia bisa memproduksi pengetahuan dan mewariskannya. Winchester melakukan eksplorasi ke dalam pikiran manusia melalui begitu banyak fakta menarik sekaligus unik.

4. Once Upon A Prime

Dalam Once Upon a Time, Sarah Hart mengajak kita untuk melihat hubungan fundamental antara matematika dan sastra, serta dampaknya pada pengalaman estetika. Profesor Hart berpendapat bahwa matematika dan sastra sebenarnya saling melengkapi dalam upaya bersama untuk merenungkan makna hidup manusia dan posisinya dalam alam semesta. Melalui analisis soneta, dongeng, hingga sastra eksperimental Prancis, Once Upon a Prime mengajak pembaca untuk menjelajahi karya-karya sastra yang tampaknya sudah kita kenal, tetapi membuka lapisan-lapisan baru keindahan dan keajaiban.

5. A History of the World in 47 Borders

Peta adalah salah satu penemuan dalam kebudayaan manusia yang sangat menarik. Sejauh manusia mengenal dirinya, juga apa yang ada di luar dirinya, ia akan mampu menarik garis-garis dan menjadikannya sebuah peta. Peta selalu didasarkan pada wilayah fisik tempat manusia tinggal. Namun demikian, tidak jarang bahwa garis-garis batas wilayah dalam sebuah peta menggambarkan pertikaian yang tidak jarang disebabkan oleh kesewenang-wenangan. Melalui buku ini, kita dapat belajar tentang bagaimana para penguasa zaman Romawi kuno menentukan batasan peradaban. Selain itu, ada pula perjanjian rahasia antara Inggris dan Prancis membagi wilayah Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I. Ada pula fakta menarik mengapa Bolivia yang di peta tidak memiliki wilayah lautan masih saja memiliki angkatan laut.

6. Age of the STRONGMAN

Ada semacam “tanda” yang menarik dalam situasi politik di era 2000-an ini. “Tanda” itu adalah hadirnya pemimpin-pemimpin global yang cenderung bercorak otoriter. Gideon Rachman mencandrakan bahwa para pemimpin itu memiliki beberapa ciri, seperti mereka hadir dari kubu nasionalis, cenderung berpandangan konservatif, tidak toleran terhadap minoritas, menafikan perbedaan pendapat dalam masyarakat, hingga menyingkirkan kepentingan orang asing. Nama-nama seperti Trump, Putin, Bolsonaro, Erdogan, Xi Jinping, hingga Modi adalah gambaran para pemimpin yang cenderung otoriter yang muncul sejak era 2000-an. Melalui buku ini, Rachman memberi kita cakrawala yang lebih luas tentang gagasan dan pengaruh orang-orang kuat melalui laporan jurnalistiknya.

7. Age of the Revolusions

Age of Revolution membahas konsep revolusi di sepanjang sejarah umat manusia, dimulai dari abad ke-17 hingga saat ini. Fareed Zakaria meneliti bagaimana revolusi telah membentuk dunia modern, yang berdampak pada bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Dia memandang bahwa revolusi bukanlah sekadar peristiwa tunggal, tetapi sebuah proses yang melibatkan perubahan dan kemajuan. Proses ini seringkali disertai dengan reaksi balik atau respons yang timbul sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut. Selain itu, Zakaria juga membahas tantangan dan peluang yang dihadirkan revolusi di abad ke-21.

8. The Patriarchs

Angela Saini, seorang perempuan yang berkecimpung sebagai jurnalis ilmiah, mencoba menelusuri akar persoalan penindasan berdasarkan perbedaan gender. Saini membuat kita membongkar sejarah yang kompleks bagaimana kaum lelaki menyuntikkan virus dominasi sejak masa prasejarah hingga era internet sekarang ini. Penelusuran ilmiah Saini pun menggunakan pendekatan arkeologis demi memahami sisi historis kebudayaan dan politik yang membentang dari daratan Amerika hingga Asia. Pada akhirnya, Saini menawarkan wacana retorik pada kaum perempuan: sejauh mana kaum perempuan turut berperan menjaga kelanggengan masyarakat yang secara struktural bersifat patriarki.

9. How The World Made The West

Karya ini merupakan penelusuran profesor sejarah dan ahli kebudayaan klasik dari Oxford, Josephine Quinn. Ia menilai, menelusuri inovasi dan tradisi, dan membentuk kesadaran bahwa masyarakat barat hidup dalam kepercayaan tentang kemajuan. Quinn menjungkirbalikkan narasi sejarah konvensional selama dua abad belakangan dan ia menemukan akar dari kebudayaan Barat, yakni dalam sastra Sumeria, hukum Babilonia, metalurgi orang Het, patung dewa-dewi Meir, irigasi bangsa Asiria, hingga seni navigasi dan alfabet orang Fenisia. Quinn menawarkan gagasan lain yang lain dari biasanya, yang secara umum memandang bahwa peradaban barat tidak lebih dari catatan kaki yang disisakan oleh kebudayaan Yunani dan Romawi. Sebagai sebuah karya ilmiah, buku karya Quinn ini menakjubkan, karena menggabungkan pendekatan arkeologis dengan menggunakan penanggalan karbon dan genetika manusia di zaman lampau untuk menguak peradaban barat yang sejati.

***

Demikianlah Rekomendasyik buku-buku terbaru terbitan 2024 ini yang merekam sejarah dalam lini masa manusia dengan dimensi tambahanny. Semoga melalui buku-buku di atas kita bisa semakin bisa memaknai apa yang sungguh-sungguh terjadi hari ini.

Jika Bibliobesties hendak membaca Rekomendasyik lain temukan di sini.