Merapikan Meja Kerja dengan Teori Pygmalion
“Bermacam pengharapan yang lebih tinggi mendorong kepercayaan diri kita dan biasanya berujung pada performa yang lebih baik.”
Marie Kondo dan Scott Sonenshen, Joy at Work (h. 15)
Dalam legenda Yunani kuno, tersebutlah seorang pemuda tampan yang sangat lihai memahat patung yang bernama Pygmalion. Ia cenderung hidup menyendiri, bahkan tidak ingin mengenal wanita di sekitarnya karena akhlak mereka yang kurang baik. Suatu kali, Pygmalion memahat patung gading berwujud perempuan yang sangat sempurna yang ia beri nama Galatea. Kian hari, Pygmalion menaruh hati pada patung itu. Saat perayaan Dewi Aphrodite, Pygmalion memohon sosok wanita seperti Galatea untuk dijadikan pendamping hidup. Dewi Aphrodite pun mengabulkan permohonan Pygmalion. Galatea menjelma menjadi manusia yang hidup! Pygmalion mengambilnya menjadi istri dan mereka hidup bahagia.
Cerita Pygmalion ini kemudian menginspirasi sebuah teori di dunia modern. Teori tersebut dikenal dengan istilah Efek Pygmalion. Teori ini didasarkan pada studi yang menemukan bahwa peningkatan nilai yang didapatkan siswa, berbanding lurus dengan tingkat harapan guru yang makin tinggi. Dalam dunia kerja, performa karyawan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan juga level ekspektasi kepada mereka.
Bagaimana mengaplikasi Efek Pygmalion ini dalam dunia kerja sehari-hari? Sederhana saja, kita bisa mulai dengan merapikan meja kerja kita. Setelah meja kerja kita rapi, kita akan menjadi lebih percaya diri mengerjakan tanggung jawab kita. Hasilnya, kita dapat bekerja dengan lebih baik dan meningkatkan performa kerja kita sendiri.
Penting untuk Mengungkapkan Rasa Terima Kasih
“Ambil bagianlah dengan sungguh-sungguh berterima kasih pada orang lain untuk kontribusi mereka, tidak peduli apakah pangkat Anda pimpinan atau justru bawahan paling rendah.”
Marie Kondo dan Scott Sonenshen, Joy at Work (h. 185)
Dalam sebuah survei, dikatakan bahwa sebanyak dua ribu orang Amerika Serikat percaya bahwa mengungkapkan rasa terima kasih kepada rekan sejawat membuat mereka merasa lebih bahagia dan berarti. Masalahnya, dari survei tersebut, hanya 10 persen para pekerja yang terbiasa menyampaikan rasa terima kasih pada rekan sejawat. Padahal, menyampaikan rasa terima kasih secara tulus pada rekan sejawat tidak menyita waktu dan tenaga.
Mengungkapkan rasa terima kasih kepada rekan sejawat justru meningkatkan keterlibatan dalam pekerjaan. Para karyawan dengan senang hati akan saling memberikan bantuan jika ada hambatan yang timbul. Akibatnya, ada begitu banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan dan kesemuanya itu membawa kesenangan. Rasa senang dalam bekerja timbul karena prinsip asah, asih, dan asuh yang hidup melalui saling berterima kasih.
Di ujung hari, setelah menepi dari kerumitan pekerjaan, kita pada akhirnya menyadari bahwa yang terpenting dari kerja adalah penghargaan. Acap kali, yang kita harapkan sesederhana pengakuan bahwa kita sudah melakukan hal baik dalam pekerjaan. Maka, tidak ada salahnya menghargai usaha baik rekan sejawat kita dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepada mereka.
Tabik,
Periplus