Buku adalah jendela dunia, begitu kata orang cerdik pandai. Tapi, mengapa demikian? Mengapa buku yang secara fisik berupa lembar-lembar kertas penuh tulisan yang dijilid itu diibaratkan sebagai sebuah jendela? Jika benar, buku adalah jendela dunia, apa yang bisa kita lihat dan amati dari jendela tersebut?
Petualang lewat buku, Karl May
Mari kita melongok kisah hidup seorang penulis novel-novel petualangan termashyur, Karl May (1842—1912). Novelis berkebangsaan Jerman ini punya kisah hidup yang cukup eksentrik. Ia menulis kisah Winnetou, seorang pemimimpin suku Indian Apache, yang hidup di tanah Amerika.
Ajaibnya, kisah petualangan Winnetou yang terbit untuk pertama kali pada 1875 ini ditulis May tanpa pernah keluar dari tanah airnya, Jerman! May memanfaatkan buku-buku yang ada di perpustakaan. Bahkan, nama kuda Winnetou dan Old Shatterhand, Iltschi dan Hatatitla, dia ambil dari buku tentang Amerika.
Baru kemudian hari, ketika menginjak masa tuanya, May mengadakan dua perjalanan besar keluar dari tanah kelahirannya. Pada 1899/1899, May mengadakan perjalanan ke Timur Tengah. Setelahnya, pada 1908, May menuju Amerika Serikat. Perjalanan ke Amerika Serikat pun tidak sampai di wilayah Wild West, di mana kisah Winnetou banyak mengambil latar tempat.
Beli buku dari rumah
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia membuat kita semua harus tinggal di rumah. Namun, demikian, Periplus tetap melayani kebutuhan para pecinta buku dengan menggelar kampanye Buy Book from Home atau #BBFH. Tanpa dinyana, kampanye #BBFH mendapat sambutan hangat dari para pecinta buku. Selain itu, Periplus juga memerhatikan protokol kesehatan dalam mendistribusikan buku kepada para pelanggan selama pandemi ini.
Jika para Periplusetiawati dan Periplusetiawan cukup jeli, ada satu hal menarik dari kampanye #BBFH yang diselenggarakan oleh Periplus. Saat itu, di setiap materi kampanye #BBFH, Periplus ditemani oleh dua sosok. Kedua sosok itu adalah karakter anak laki-laki dan perempuan menggunakan seragam Periplus yang sedang bersepeda untuk mengantar buku.
Periplus X Mas Lanang
Nah, untuk kampanye #BBFH tersebut, Periplus bekerja sama dengan seorang ilustrator muda berbakat yang tinggal di Yogyakarta, Lanang Putro. Mas Lanang, demikian panggilan akrabnya, dapat dijumpai melalui akun IG-nya, @nanglanangg. Di sana, Periplusetiawati dan Periplusetiawan dapat melihat karya-karya terbarunya.
Nah, selain untuk kampanye #BBFH, Mas Lanang baru-baru ini juga mengerjakan ilustrasi untuk Kalender Periplus 2022. Di dalam kalendar tersebut, Mas Lanang membuat empat buah ilustrasi penuh warna yang “Mas Lanang bangeeetttt”. Warna-warna pastel cerah dan karakter anak-anak menghiasi karya Mas Lanang yang untuk kesekian kali berkolaborasi dengan Periplus.
Melalui karya-karyanya, Mas Lanang mengajak kita untuk menikmati keindahan tiga wilayah di Indonesia: Raja Ampat, Pulau Komodo, Yogyakarta, dan Bali. Di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, kita tentu dapat menikmati keasrian alam dan kekayaan biota bawah laut. Sementara itu, Pulau Komodo yang berada di Kepulauan Nusa Tenggara menawarkan keindahan alam yang tiada duanya. Tidak hanya itu, Pulau Komodo juga merupakan habitat asli komodo (Varanus komodoensis). Di Yogyakarta, kita bisa menikmati ragam seni-budaya, keramahan masyarakat, dan tempat-tempat bersejarah. Sementara itu, kita bisa menikmati kekayaan budaya dan kesenian, serta keunikan ritual dan tradisi masyarakat di Bali.
***
Pokoknya, Periplus kali ini ingin mengajak para pecinta buku untuk membaca sambil keliling Indonesia. Mumpung pemerintah sudah membuka pariwisata di dalam negeri, kini saatnya untuk menikmati keindahan alam Indonesia. Tentu saja, tetap memerhatikan protokol kesehatan dengan ketat, ya!
Jika Periplusetiawati dan Periplusetiawan ingin memiliki hasil kolaborasi antara Periplus dan Mas Lanang dalam rupa Kalender Periplus 2022, cukup klik tautan di bawah ini.